ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Rabu, 28 Maret 2012

salah satu cerita pilu dari dari negeri para koruptor

Seorang lelaki setengah baya, tubuh kurang lebih 167 cm dan berperawakan tambun tengah memandangi jalan raya yang terbentang dihadapannya. Kepalanya menggeleng-geleng layaknya mendengar musik ajeb-ajeb ala klub malam.
Lelaki yang nampak lebih muda datang dan menepuk bahu lelaki sebelumnya. “Ada apa tho Gun? Kok kepala mu itu seperti orang kena ayan.”
Guntur, lelaki setengah baya yang ditepuk tadi menoleh terkejut. “Kamu Wan. Itu loh, coba lihat.”
 Iwan mengikuti arah telunjuk Guntur, diseberang jalan sana nampak sekelompok orang bermandikan lumpur karena aktivitas gali menggali. Dahi Iwan berkerut tak lama kemudian, “Tidak ada yang aneh, biasa-biasa aja.”
“Kalau dilihat sekilas memang tidak ada yang aneh. Tapi coba kamu ingat-ingat, setiap kali ada perbaikan jalan nggak lama kemudian pasti ada kegiatan menggali lubang. Ntah itu Telkom, PLN atau telpon selular, pokoknya ada-ada aja.” Tukas Guntur bernada protes. Mimiknya terlihat lucu bila sedang serius.
Kepala Iwan terangguk-angguk, ia mulai mengerti apa yang tengah mengganggu pikiran temannya.
“Mereka itu seperti sedang bermusuhan dan tidak senang melihat yang lainnya berhasil. Setiap kali jalan sudah bagus dan bener, nggak lama kemudian pasti hancur lagi gara-gara galian. Selain itu yang bikin jalan ancurnya makin ampun-ampunan, para penggali itu nggak mau nutup lagi lubang yang mereka buat setelah selesai pekerjaan. Alhasil, lubang tadi jadi tempat bergenangnya air dan membuat lalu lintas terganggu.” Sambungnya lagi.
Guntur menghela nafas, matanya memandang sedih kedepan sana. “Kapan ya pemerintah itu bener-bener mikirin nasib kita? Kalau mereka nggak mau mendengar jeritan kita, seenggaknya mereka tidak merusak fasilitas.”
Iwan menepuk-nepuk pelan punggung kawannya itu. Ia sendiri cukup prihatin tapi seperti yang lain, ia pun tak tahu harus berbuat apa.

Keadaan negara ini benar-benar semakin kacau balau. Koruptor merajalela dimana-mana dan memeras keringat orang kecil hanya untuk memenuhi perut mereka. Pemerintah pun tidak pernah peka terhadap kesengsaraan rakyat. Hanya disuatu waktu mereka akan sedikit peka, yaitu saat pemilihan atau pencalonan. Selebihnya mereka akan kembali ke habitat mereka, menjadi parasit.

Memang sudah nasib rakyat kecil, dari masa ke masa hanyalah untuk jadi permainan orang-orang berduit dan pemerintahan.