ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Sabtu, 13 Juni 2015

Suara tilawah kaset di masjid mengganggu dan membuat polusi udara?

Owalah dalah, memang ya orang kalau sudah punya kedudukan serta jabatan biasanya suka lupa daratan. Hal-hal sepele dan awalnya baik-baik saja mendadak berubah menjadi mengganggu ketenangan baginya.

Kalau sudah begitu langsung deh keluar aturan-aturan yang ga logis. Maklum, sudah jadi trade mark sih kalau orang berkedudukan dan memiliki jabatan, dia bisa buat semua aturan seenak jidatnya sendiri.

Bagaimana mungkin pernyataan mengenai polusi udara bisa keluar dari mulut seorang berpendidikan dan notabene adalah ketua dewan masjid?

“Jangan bangunkan orang satu jam sebelumnya. Kalau tidak jadi polusi udara. Mudah-mudahan bisa dibicarakan apakah kaset itu ada pahala atau tidak?,”

Helllooooooowww, jangan bangunkan orang satu jam sebelumnya? Jadi harus sejam sesudahnya gitu?

Owalah halah halah, pak pejabat pak pejabat, aja-aja ada ya permintaannya. Justru ‘membangunkan’ satu jam sebelumnya merupakan hal yang baik loh pak. Kenapa? Karena ga semua orang bisa bangun tepat pada waktunya dan langsung serta merta bersiap-siap beribadah. Kebanyakan orang, terutama diwaktu subuh, mereka akan leyeh-leyeh sejenak seolah ‘ngumpulin nyawa dulu’. So, dengan adanya ‘pemberitahuan’ berupa tilawah tadi justru sangat membantu.

Kalau soal pahala mah, mari kita serahkan saja sama Yang Maha Kuasa sang pemilik hidup. Kita sebagai hambanya cukup melakukan hal-hal yang benar dan baik sesuai kepercayaan masing-masing. Ga perlu repot-repot mikir ada pahalanya atau nggak.

Jadi ya Pak, yang non muslim saja tidak merasa terganggu, bahkan sebagian merasa berterima kasih, jadi kenapa malah Bapak yang ngeluh sana sini kayak anak kecil?

Kamis, 09 April 2015

Desperate housewife

Bingung euy, yang bener itu desperate housewife atau housewife desperate untuk menunjukkan emak2 yang depresi?

Hufh, seperti segala sesuatu tentang kehidupan selalu ada yang berwarna hitam dan putih, ada senang dan sedih, ada yin dan yang. Begitu juga dengan "profesi" emak rumah tangga, ada enak dan tidak enaknya.

Salah satunya nie (yang ga enak) kalo mau curhat2 susaaaaah bangetzzzz nyari yang namanya "tong sampah". Ngomong ama tetangga ntar dibilang ngerumpi, ngomong sama anggota keluarga ntar dikatain ngebongkar aib sendiri, laah cerita sama suami sendiri malah dianggap tukang ngadu...

Curhat di media sosial jg ga mungkin dong, ntar semua orang seantero jagat raya bisa tau padahal beritanya cuma berita kecil tentang harga kerupuk upil...

Hedeh...hedeh... pening aku pening...

pusing pala emak
pala emak oh..oh..oh..

Sabtu, 28 Maret 2015

Pondok Indah Mertua

Pondok Indah Mertua tidak seindah sebutannya, setidaknya begitulah yg dirasakan Mawar (bukan nama sebenarnya).
karena pembangunan rumah telah mencapai 75% ia memutuskan untuk tinggal sementara dirmh ortu dan jg rmh keluarga yg jarak keduanya hanya selemperan batu secara bergantian dengan alasan menghemat uang kontrakan.

namun latar belakang dua keluarga yg berbeda & sama2 keras membuat Mawar kelimpungan serta capek hati menghadapinya.

"lah mesti, mesti sudah bunyi dong dong dong nyalain mesin. apa ga berisik itu? aku yg disini aja dengar berisik betul," seru sang bulek pada Mawar.

"coba mamak nyalain mesin jg jadi kita ga kegelapan mak," Mala sang bungsu menyahut ketus.

"Halah, buat apa nyalain mesin, berisik," ucap sang bulek tanpa mempedulikan perasaan Mawar yg meski senyam senyum namun kepalanya mulai berdenyut-denyut tak karuan.

bukan sekali dua wanita paruh baya ini berkomentar pedas mengenai ortunya. bahkan sering pula memprotes perilaku orang tuanya yg dinilai sang bulek tidak cocok dengan dirinya.

Belum lg bila sang bulek dengan nada meremehkan berkata, "masa masak ini aja kamu ga tau".

kelelahan hati Mawar makin bertambah-tambah saat ia berada dirumah orang tuanya beberapa hari berikutnya. bapak yg sudah tidak bekerja lg diperusahaan semakin sering mengomel & mudah ringan tangan pd adik bungsunya bila sedikit saja melakukan kesalahan.

Mawar merasa benar-benar lelah & frustasi dengan semua keadaan. harapannya untuk menghemat uang kontrakan malah justru membuatnya makan ati tiap hari. untuk berbagi cerita dengan sang suami, ia ragu karena suaminya telah begitu lelah bekerja mencari nafkah. terpaksa semua 'pil pahit' itu ia telan sendiri sambil terus berharap rumahnya bisa segera selesai...