ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Kamis, 30 Desember 2010

Seringkali kebanyakan orang memandang remeh anak yang terlahir dengan kondisi autis atau pun cacat. Mereka berfikir bahwa anak yang lahir dengan kondisi seperti itu adalah musibah dan sebagian orang tua kadang menyesali keadaan itu kemudian meninggalkan/ membuang buah hati mereka.

Namun tanpa diketahui, justru anak-anak (yang mereka anggap musibah) iu memiliki keunikan dan kelebihan tersembunyi.

Beberapa contoh orang-orang yang berhasil ‘berangkat’ dari kondisi autis atau pun cacat:

1. Albert Einstein
Siapa yang belum tahu Albert Einstein? Dialah Ilmuwan terkenal abad 20 yang terkenal dengan teori relativitasnya. Dia juga salah satu peraih Nobel. Siapa sangka dia adalah seorang anak yang terlambat berbicara dan juga mengidap Autisme. Waktu kecil dia juga suka lalai dengan pelajaran.


2. Ludwig Van Beethoven
Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, yang telah mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankannya untuk menggugurkan kandungannya? Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh salah satu komponis masyur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven. Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak, tapi akhirnya ia menjadi Komponis yang terkenal dengan karya 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi.


3. Louis Braille
Louis Braille mengalami kerusakan pada salah satu matanya ketika berusia 3 tahun. Waktu itu secara tidak sengaja dia menikam matanya sendiri dengan alat pembuat lubang dari perkakas kerja ayahnya. Kemudian mata yang satunya terkena sympathetic ophthalmia, sejenis infeksi yang terjadi karena kerusakan mata yang lainnya. Kebutaan tidak membuatnya putus asa, ia menciptakan abjad Braille yang membantu orang buta juga bisa membaca. Sekarang siapa yang tidak tahu Abjad Braille?


4. Thomas Alva Edison
Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut,
Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.

Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, ” anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia.”
Tommy kecil adalah Thomas Alva Edison yang kita kenal sekarang, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.
Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya! Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya.

5. Hee ah lee
Hee Ah Lee merupakan seorang pianis Korea Selatan yang menjadi perhatian dunia dengan permainan pianaonya di tengah keterbatasan fisik yang dia miliki.
Lahir tahun 1985 dari rahim seorang ibu yang mencintai anak perempuannya sepenuh hati, meski dari sejak dalam kandungan sang ibu menyadari kalau anaknya akan lahir dengan kecacatan.
Hee Ah Lee merupakan penderita down syndrome, dan dengan kedua tangan yang hanya memiliki empat jari. Kelainan jemari tangan seperti ini disebut lobster claw syndrome, berbentuk seperti capit udang, tanpa telapak tangan.Dia juga terlahir dengan kaki hanya sebatas lutut hingga tidak dapat menginjak pedal piano standar. Untuk itu, pedal sengaja ditinggikan agar bisa diinjak oleh kakinya yang pendek.
Dengan kondisi serba terbatas itu, Hee Ah Lee menyebutnya sebagai, "Special gift, anugerah spesial dari Tuhan." Ia bisa memainkan Piano Concerto No 21 dari Mozart bersama orkes simfoni. Ia mendapat sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano dan membawanya berkeliling dunia, termasuk bermain bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat.
Hee Ah Lee melakukan konser piano tunggal di Balai Kartini, Jakarta pada tahun 2007.Konser tersebut bagian dari program tur Hee Ah Lee ke beberapa negara di Asia Tenggara, dan dalam penampilannya di Indonesia, Hee Ah Lee membawakan musik klasik karya-karya komposer besar, seperti Chopin, Franz Schubert, Mozart, dan beberapa lagu pop seperti My Heart Will Go On, Love Story serta My May.

masih banyak contoh-contoh mereka yang berhasil dengan gemilang meskipun memiliki keterbatasan.


Anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa walau bagaimana pun keadaannya, tugas orang tualah untuk menampakkan keunikan dan kelebihan mereka ke permukaan.

Senin, 20 Desember 2010

Tamu Terakhir

Taukah kalian siapakah tamu terakhir itu? Taukah kalian apa gerangan maksud kedatanganya mengunjungi kita? Apa yang dia cari dari diri kita?
Ia bukan datang untuk mengejar harta kita, atau sekadar makan dan minum bersama kita. Ia juga bukan datang untuk meminta tolong dibayarkan utang atau menjadi perantara kepada orang lain atau sekadar mempermudah birokrasi yang tidak dapat ia lakukan.
Ia datang berkunjung untuk kepentingan yang amat terbatas, untuk masalah tertentu saja. Urusan yang tidak dapat ditolak dari diri kita, keluarga dan handai taulan bahkan oleh semua orang dimuka bumi ini. Urusan itu pasti terjadi dan pasti terlaksana.
Mungkin saja kita tinggal di istana-istana menjulang, di dalam benteng-benteng yang kokoh serta tempat perlindungan yang kuat. Masih ditambah lagi dengan para penjaga dan pengawal yang setia. Namun, semua itu tidak akan mampu mencegah sang tamu menjumpai kita untuk bertemu lalu menyelesaikan urusannya dengan kita.
Untuk menemui kita, ia tidak perlu melalui pintu atau meminta izin terlebih dahulu atau membuat janji sebelumnya. Ia bisa datang secara tiba-tiba kapan saja dan dalam kondisi apa pun. Saat kita bekerja atau sedang istirahat. Saat kita sakit ataupun sehat. Saat kita sedang kaya atau sedang tidak punya. Saat kita bepergian atau ketika sedang bermukim.
Wahai kawan, tamu itu tidak memiliki hati yang bisa terpengaruh oleh kata-kata dan tangisan kita, atau karena teriakan dan rintihan kita. Ia sama sekali tidak berhak untuk berlambat-lambat sehingga perhitungan terhadap diri kita menjadi tertunda.
Tamu yang satu ini juga tidak menerima hadiah atau suap, karena seluruh harta di dunia ini baginya tidak bernilai apa-apa.
Ia menginginkan kita!!! Menginginkan diri kita seluruhnya, ia ingin menghabisi kita dan melenyapkan diri kita. Ia menginginkan kematian kita, ingin mencabut ruh kita. Yah, membunuh dan membinasakan kita!!!

Tamu itu adalah sang malaikat maut………………………………………………..

Rabu, 01 Desember 2010

waspada bahaya gibah (ngegosip)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

اتدرون ما الغيبه؟ قالوا: الله ورسوله أعلم .قال:الْغِيبَة ذِكْرك أَخَاك بِمَا يَكْرَه قِيلَ : أَفَرَأَيْت إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُول فَقَدْ اِغْتَبْته ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتّه

“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Kemudian beliau shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut nyata-nyata apa pada saudaraku?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah yang namanya ghibah, namun jika tidak berarti engkau telah berdusta atas namanya.” (HR Muslim 2589 Bab: Al-Bir Wash Shilah Wal Adab)

PELAJARAN PENTING ARTI GHIBAH

Syaikh Abdullah al Bassam rahimahullah dalam kitab beliau Taudhihul Ahkam Min Bulughil Maram(IV/599, Kairo) menjelaskan poin-poin penting yang bisa diambil dari hadits diatas:

Definisi Ghibah

Nabi shallallhu’alaihi wasallam menjelaskan makna ghibah dengan menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci, baik tentang fisiknya maupun sifat-sifatnya. Maka setiap kalimat yang engkau ucapkan sementara saudaramu membenci jika tahu engkau mengatakan demikian maka itulah ghibah. Baik dia orang tua maupun anak muda, akan tetapi kadar dosa yang ditanggung tiap orang berbeda-beda sesuai dengan apa yang dia ucapkan meskipun pada kenyataannya sifat tersebut ada pada dirinya.

Adapun jika sesuatu yagn engkau sebutkan ternyata tidak ada pada diri saudaramu berarti engkau telah melakukan dua kejelekan sekaligus:

ghibah dan buhtan (dusta).

Nawawiy rahimahullah mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya, akhlaknya,hartanya, anak-anaknya,istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik bicarnya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang bersifat mngejek baik dengan ucapan maupun isyarat.”

Beliau rahimahullah melanjutkan, “Termasuk ghibah adalah ucapan sindiran terhadap perkataan para penulis (kitab) contohnya kalimat: ‘Barangsiapa yang mengaku berilmu’ atau ucapan ’sebagian orang yang mengaku telah melakukan kebaikan’. Contoh yang lain adalah perkataa berikut yang mereka lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah mengampuni kami”, “Semoga Allah menerima taubat kami”, “Kita memohon kepada Allah keselamatan”.

Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam ذِكْرك أَخَاك (engkau menyebut-nyebut saudaramu) ini merupakan dalil bahwa larangan ghibah hanya berlaku bagi sesama saudara (muslim) tidak ada ghibah yang haram untuk orang yahudi, nashrani dan semua agama yang menyimpang, demikian juga orang yang dikeluarkan dari islam (murtad) karena bid’ah yang ia perbuat.”

Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Para ulama telah sepakat bahwasanya ghibah termasuk dosa besar. Mereka berdalil dengan sabda

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالكُمْ وَأَعْرَاضكُمْ حَرَام عَلَيْكُم

“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram atas (sesama) kalian”.( HR Muslim 3179, Syarh Nawai ‘ala Muslim)

(harmoni islam on facebook)

Sabtu, 27 November 2010

apa yang diniat, itu yang di dapat

Masalah Niat, Perkara Berat

Niat bukanlah perkara sepele, nilai seluruh kegiatan kita ditentukan oleh niat! Bahkan satu aktivitas yang sama, bisa beda jauh nilainya hanya gara-gara niat.

Contoh, ada orang yang bekerja sekedar untuk dapat gaji (kebanyakan orang begini), ada yang bekerja untuk aktualisasi diri, ada yang bekerja supaya tidak dicap pengangguran, ada yang bekerja untuk mencari jodoh, ada yang bekerja untuk mendapatkan teman, ada yang bekerja untuk ibadah (ahli bekam yang tidak menentukan tarif misalnya), dan berjuta niat lainnya.

Sama juga dengan belajar, tidur, mandi, menonton TV, mendengar radio, menulis cerpen, baca buku, berpakaian, berdandan, berbelanja, belajar bahasa asing, bahkan shalat, puasa, sedekah, keseluruhan amalan kita juga ditentukan oleh niat dalam hati. Coba perhatikan, apa sih niat kita ketika memakai parfum hari ini?

Jika kita melakukan sesuatu hanya untuk hal yang bersifat keduniaan, nilai niat kita itu rendah, karena dunia sifatnya sementara dan semu, tapi jika kita mengerjakan sesuatu dengan niat ibadah, maka kita berhasil meninggikan nilai perbuatan kita itu, karena tidak semata-mata mengharapkan dunia, tapi juga berpikir mengenai kehidupan kelak di negeri akhirat.

Lagipula, bukankah Allah telah menyatakan bahwa manusia hidup di muka bumi hanya untuk beribadah pada-Nya? Maksud ibadah di sini bukan sekedar ibadah khusus yang bersifat ritual, kan tidak mungkin dong kita shalat terus-menerus 24 jam sehari, atau puasa 30 hari sebulan, atau membaca Quran non-stop hingga seminggu. No way! Lagipula memang bukan itu yang diminta.

Maka, ibadah yang dimaksud bisa jadi telah dapat dipenuhi hanya dengan memasang niat yang benar. Bukankah ketika kita telah berniat melakukan suatu kebaikan, kita telah memperoleh satu pahala kebaikan tersebut, dan jika niat itu benar-benar dikerjakan maka kita mendapat satu pahala lagi, jadi double pahalanya!

So, niat itu sangat penting diperhatikan!



Sayangnya... Niat Tak Terlihat

Yang membuat perkara niat ini semakin berat, terkadang kita sendiri tidak menyadari apakah niat kita sudah tepat belum. Misalnya saat kita memberi recehan pada pengamen di bis, kita tidak sadar bahwa kita hanya memasang niat begini... "Ah, males masukin kembalian logaman ke tas, buat pengamen itu aja deh!"

Ya ampyun, sayang banget kan? Soalnya... apa yang kita niat, itu yang kita dapat! Jadi ketika kita bersedekah hanya karena malas memasukkan uang kembalian ke dalam tas, ya sudah... kita tidak dapat nilai tambahan apapun dari amalan itu. Wuih!

Bodohnya... banyak sekali orang yang hanya memasang niat "rendah" untuk seluruh aktivitas hidupnya tanpa merasa rugi (mungkin kita termasuk). Mereka mandi supaya tidak bau, tidur untuk menghilangkan kantuk, makan supaya hilang lapar, baik pada atasan supaya naik jabatan, lembur supaya dapat makan malam gratis dan tambahan gaji, mengerjakan tugas supaya tidak dihukum.

Padahal niat kan hanya masalah hati, apa susahnya kalau memasang niat yang lebih "tinggi" dari sekedar hal duniawi? Misalnya... mandi karena Islam menyukai kebersihan, dan kebersihan adalah sebagian dari iman, kemudian tidur agar tubuh beristirahat dan mampu menunaikan amanah dengan baik keesokan harinya, makan agar tubuh sehat, karena Allah menyukai muslim yang kuat, baik pada atasan karena Allah menyuruh kita menaati pimpinan, mengerjakan tugas dengan baik karena Allah menyukai orang-orang yang menunaikan amanah.

Niat memang tak terlihat, tapi bukankah bisa dikontrol dan dibiasakan?


Jangan Mau Rugi!

Seandainya kita mendapat kesempatan bertemu dengan seorang kaya raya yang punya segalanya, dermawan, rupawan (cantik/ ganteng), cerdas, sabar, sebut saja sebagai Mr./Mrs. Perfect, dan ia bersedia mengabulkan apapun yang kita minta tanpa kecuali (wow!). Sekarang pikirkan dengan jernih, apa kira-kira yang akan kita minta padanya?

Uang? Mobil? Laptop plus modem internet? Blackberry? Minta perusahaan? Minta rumah idaman? Minta beasiswa ke luar negeri? Atau apa?

Rasanya rugi banget kalau hanya minta hal-hal yang kita butuhkan sementara itu saja. Bukankah lebih cerdas kalau kita minta cintanya saja sekalian?

Loh kok?

Iya dong... karena jika ia telah cinta pada kita, bahkan tanpa kita minta... ia akan memenuhi segala kebutuhan kita. Iya kan? (Mungkin cara ini yang sekarang sedang tren dilakukan oleh para artis, menikah dengan pengusaha tajir, tapi kita tidak sedang membicarakan perihal artis-artis ini, apalagi memuji mereka cerdas).

Jika Mr./Mrs. Perfect telah mencintai kita, tentu ia tidak akan sekedar memenuhi segala kebutuhan materi saja, tapi juga kebutuhan kita akan perlindungan, pengayoman, hiburan, nasehat, yang mungkin tidak akan kita peroleh jika hanya meminta barang-barang bersifat fisik padanya. Hmm...

Apakah kita sepakat mengenai cara cerdas ini? Jangan mau rugi!

Setuju?

Nah, sekarang sadarilah, bahwa sang Maha Kaya itu adalah Allah, Ia memiliki segalanya, dan memiliki 99 sifat luar biasa yang terlihat dalam asmaaul husna, Sabar iya... Cerdas iya... Penyayang iya... Dermawan iya... perfect bukan? Dan yang luar biasa, Ia bersedia mengabulkan segala yang kita minta pada-Nya! Dia malah menyuruh kita untuk meminta hanya pada-Nya!

Bukankah rugi dan amat bodoh kalau kita sekedar minta keperluan kita yang remeh-temeh saja? Kenapa tidak sekalian meminta cinta-Nya saja? Bukankah jika Allah mencintai kita, kita tidak perlu takut kekurangan apa pun lagi.

Oleh karena itu, mengapa kita tidak meniatkan segala perbuatan yang kita lakukan di dunia ini adalah demi memperoleh cinta Allah? Toh kita hidup di dunia tidak lama, paling mantap 140 tahun (menurut sensus), itu pun jarang sekali.
Niat Karena Allah, Seperti Apa Sih?

Meniatkan sesuatu karena Allah adalah sesuatu yang gampang diucapkan tapi tidak mudah dipraktekkan. Karena ini merupakan hal yang paling ideal. Memang idealnya kita melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu hanya karena Allah semata, tapi konkretnya seperti apa?

Misalnya begini... ketika kita bekerja, niat kita adalah karena Allah, karena memang Allah membenci orang yang mengemis dan bergantung pada orang lain. Jadi kita tidak mau mengandalkan duit orangtua bukan karena pemberian orangtua dianggap kurang. Sehingga meskipun kita jadi tukang sayur, tukang ojek, tukang antar gas, tukang sampah, tidak merasa malu apalagi minder, dan meski kita menjadi pegawai pajak, menteri, presiden, atau apapun, kita tidak akan melakukan hal yang bertentangan dengan aturan Allah, karena niat kita bukan untuk jabatan, pangkat, atau nominal pendapatan.

Lalu, ketika kita belajar, niat kita juga karena Allah, bukankah Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita belajar sampai akhir hayat? Jadi kita tidak hanya belajar sekedar kalau ada ulangan, kalau disuruh orangtua, kalau masih di bangku sekolahan atau kuliah, tapi kita belajar setiap waktu, bahkan meski sudah punya cucu dan cicit sekalipun, kita belajar dari tiap pengalaman, kesalahan, dan belajar mengambil hikmah dari segala peristiwa.

Atau, kita tidak melakukan sesuatu juga karena Allah. Kita berniat tidak pacaran atau menonton video porno bukan karena takut diomeli ortu, atau supaya dilihat orang sebagai orang alim, tidak! Melainkan karena tahu bahwa Allah membenci orang yang memperturutkan hawa nafsu.

Juga, kita menolak untuk membeli barang mewah (contoh: sepatu seharga sejuta, kaos oblong seharga lima ratus ribu, hape seharga sebelas juta) atau mengadakan pesta berbiaya besar (pesta nikah ratusan juta bahkan milyaran, pesta ultah jutaan rupiah) bukannya karena tidak mampu, melainkan karena tahu Allah tidak menyukai segala yang berlebihan!

Begitulah, niat karena Allah berarti menjadikan Allah sebagai tujuan dari setiap perbuatan kita.



Niat Tidak Hanya Di Awal

Sering kita menganggap bahwa niat hanya ada di awal perbuatan, kita lupa bahwa manusia punya nafsu, dan iblis bisa mengalir di darah manusia. Artinya... meski niat awalnya sih baik, tapi di tengah-tengah tetap saja bisa tergelincir, artinya... niat bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, oleh karena itu sangat dibutuhkan pengontrolan dan pembaharuan niat secara berkala, tiap harinya.

Lagipula... kalau untuk mendapatkan cinta "gebetan" aja diperlukan pengorbanan dan melewati berderet cobaan, apalagi untuk mendapatkan cinta Allah! Sudahlah pasti banyak ujian yang bisa memperlihatkan kesungguhan niat kita. Jadi jangan sampai merasa kita sudah ikhlas dan sudah memasang niat yang benar ketika kita berbuat suatu kebaikan, tapi setelah itu seluruh orang tahu bahwa kita sudah melakukan kebaikan ini dan itu. Wah... itu sih riya namanya, alias pamer. Dan Allah tidak menyukai orang yang pamer.



Apa yang Diniat, Itu yang Didapat

Berikut merupakan tips agar kita tidak menjadi orang yang rugi, yaitu orang-orang yang melakukan perbuatan baik, tapi niatnya keliru atau bernilai rendah karena hanya mengharapkan dunia:

1. Selalu awasi hati kita. Apa sih niat kita melakukan sesuatu? Contoh: Benarkah kita pedekate ke guru/ dosen demi menimba ilmu darinya? Atau karena ingin dapat nilai lebih tinggi dibanding kawan yang lain? Apa sih tujuan kita bersahabat dengan si fulanah yang tajir itu? Benar-benar ingin jadi sobat baik atau agar terciprat traktirannya? Dll.
2. Memperbaharui niat ketika merasa ada yang tidak beres. Meskipun niat tidak terlihat, tapi gelagatnya bisa loh terendus! Misalnya, kita ngakunya niat kerja demi Allah... eeh begitu di tengah-tengah tahun gaji diturunkan, semangat kerja juga jadi kendor. Bukannya evaluasi apakah kinerja kita kurang dari harapan, kita malah loyo.
3. Biasakan Niat Tinggi. Pasanglah niat yang tidak hanya bersifat keduniaan, agar perbuatan kita bisa memperoleh berkah Allah. Coba rasakan perbedaan uang yang didapat memang dengan niat pengen dapat duit, dengan uang yang didapat tidak dengan niat tersebut, pasti jauh berbeda! Uang yang diberkahi bisa bermanfaat lebih besar dan bisa membawa kebahagiaan lebih dalam.
4. Jangan ucapkan niat kita pada orang lain. Jika niat kita memang sudah benar, jangan sampai kita membuatnya jadi tidak benar hanya gara-gara mulut kita gatel untuk pamer ke orang lain.

tapi jangan salah! Bukannya kita tidak boleh meminta dunia, sangat boleh... Allah pun menyuruh kita untuk tidak melupakan bagian hidup kita di dunia ini, hanya saja... kalau kita bisa mendapat lebih dari itu, kenapa kita puas hanya dengan mendapat dunia?

Bukankah Allah menjanjikan... orang-orang yang meminta dunia ini, Ia akan segera memberikannya, sedangkan orang-orang yang meminta akhirat, Allah akan memberi 2: dunia dan akhirat sekaligus untuknya. So, apa yang diniat itu yang didapat! Niat itu sama seperti permintaan, maka mintalah yang tertinggi! Mintalah firdaus... mintalah cinta Allah, hasbiyallah... cukuplah Allah yang menjadi alasan kita bahagia.

(annida online)

Kamis, 25 November 2010

cintailah apa adanya

Sebut saja dia Dini, suami Dini adalah seorang insinyur. Awalnya Dini menyintai sifat Danu yang alami dan sebuah perasaan hangat akan muncul ketika ia bersandar dibahu Danu yang bidang.

Tiga tahun masa perkenalan dan dua tahun masa pernikahan, mulai membuatnya lelah. Alasan-alasan awal ia menyintai Danu kini telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Dini seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Ia merindukan saat-saat romantis seperti sorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu itdak pernah didapatkannya, karena Danu jauh berbeda dari yang diharapkannya. Rasa sensitive yang kurang dan ketidakmampuan Danu dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan membuat Dini ‘mementahkan’ semua harapan akan cinta yang ideal.

Suatu hari Dini memberanikan diri untuk mengatakan keputusan terbesar kedua dalam hidupnya setelah pernikahan, yaitu perceraian.

“Mengapa?,” tanya Danu terkejut tak menyangka Dini akan mengajukan hal itu.

“Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang ku inginkan,”

Danu terdiam dan termenung sepanjang malam didepan komputernya seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan Dini semakin bertambah, “bila seorang pria tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya?,” pikir Dini kemudian.

“Apa yang bisa dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu?,” tanya Danu dengan berharap perceraian itu tidak terjadi.

Dini menatap mata Danu dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “aku punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya didalam hatiku, aku akan merubah pikiranku.” Danu terdiam menunggu pertanyaan apa yang akan diajukan padanya.

“Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada ditebing gunung dan kita berdua tau jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan tetap melakukannya, mengambilkan bunga itu untukku?,”

Danu termenung beberapa saat sebelum menjawab, “aku akan memberikan jawabannya besok,” Hati Dini langsung berubah gundah mendengar respon Danu.

Keesokan paginya, Dini tak menemukan suaminya didalam rumah, hanya selembar kertas dengan goresan tangan Danu dibawah sebuah gelas berisi susu hangat.

Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mu. Tapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.

Kalimat pertama ini cukup menghancurkan hati Dini, namun ia melanjutkan bacaan berikutnya.

Kamu bisa mengetik di computer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor, aku harus memberikan jari-jari ku untuk membantumu dan memperbaiki programnya.

Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan kaki ku untuk mendobrak pintu dan membukakan pintu itu agar kamu bisa masuk.

Kamu suka jalan-jalan keluar kota, tapi selalu nyasar ditempat-tempat baru yang kamu kunjungi, sementara aku harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mataku untuk mengarahkanmu.

Kamu selalu pegal-pegal saat ‘teman baikmu’ datang tiap bulannya, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang pegal.

Kamu senang diam dirumah, dan aku selalu merasa khawatir kamu akan menjadi ‘aneh’, dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu dirumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.

Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.

Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

Tapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, aku tidak akan sanggup melihat airmatamu mengalir menangisi kematianku.

Sayangku, aku tau ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu, jika semua yang telah diberikan tangan, kaki, dan mataku tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahanmu mencari tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.

Air mata Dini terjatuh di kertas hingga membuat tintanya menjadi kabur, tapi dia berusaha untuk terus membacanya,

Dan sekarang, kamu telah selesai membaca jawaban ku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini dan tetap menginginkanku untuk tinggal dirumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.

Tapi jika kamu tidak puas, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.


Dini segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri didepan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan Dini.

“Kini aku tau, tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku,” bisik hati kecil Dini.

(ya Allah aku jatuh cinta : burhan sadiq)

Kamis, 18 November 2010

the HQJ

Malam minggu selalu disambut dengan riang oleh seantero mahluk yang sedang dimabuk asmara. namun tidak bagi Satria, malam minggu justru malam penuh siksaan baginya. Bagaimana tidak, saat semua teman-temannya berdandan heboh rapi jali untuk menemui sang kekasih hati, dia malah nge-jogrog dengan sukses didepan TV plus nguatin telinga untuk ngedengerin ‘celaan-celaan’ mereka tentang dirinya.
“Sat, ikut nggak?,” Tanya Adit sembari merapikan kemejanya.
“Nggak,” singkat Satria dengan muka cuek. Peristiwa minggu lalu langsung tergambar dikepalanya, saat ia menemani Adit nge-date. Awalnya ia dijanjikan sepiring nasi goreng bila mau menemani Adit namun yang ada justru makan angin dan digigitin nyamuk, sementara Adit lupa dengan janjinya setelah bertemu sang pujaan hati.
Adit langsung pergi setelah mendengar penolakan Satria.
”Eh Sat, masih betah aja lo nge-jomblo?,” tanya Rinto basa basi yang emang bener-bener basi saat ia akan pergi.
”Nggak bosen lo tiap malam minggu cuma ngeliatin TV? Sekali-kali liat cewek donk,”
”Psst, lo masih normalkan? Tapi kok gue nggak pernah liat lo ngapel ya,”
”Malam-malam aku sendiri.... tanpa cintamu lagi howhohoho...” dan masih banyak tanya-tanya atau perkataan tidak penting yang mereka lontarkan untuk kejombloan Satria.
”Emangnya menjadi jomblo itu hina? Sampe-sampe segitu buruknya gue dimata mereka,” bisik hati Satria dengan kesal.
Setengah jam setelah kepergian mahluk-mahluk menyebalkan itu, Bowo mahluk paling unik bin ajaib datang dan seperti biasa mereka akan menghabiskan malam minggu berdua dengan menonton TV, sampai-sampai ibu kost pernah menyangka mereka, dua orang hombreng yang lagi nyari kesempatan.
”Sat, napa sih lo nggak nyari pacar, betah amat ngejomblo. Kalo lo punya pacar, kan gue juga ikutan senang ngeliatnya. Sapa tau kita bisa double date gitu,” saran Bowo.
Melihat Satria tak bergeming, Bowo melanjutkan kata-katanya, ”Sebenarnya selama ini, lo yang jual mahal atau cewek-cewek itu yang selalu nolak lo?,” dan lagi-lagi Satria tetap diam dan terus menatap TV didepan mereka.
”Woi Sat, gue nanya nih, malah dicuekin,” sungut Bowo BT.
”Lagian pertanyaan lo menistakan gue banget. Asal lo tau, gue tuh nggak pernah jual mahal, cuma tu cewek-cewek aja yang matanya ketutupan belek jadi nggak bisa ngeliat gue yang ganteng maut ini,” ucap Satria dengan narsis abis.
”Ganteng maut dari Hongkong!!!,” dengus Bowo kesal. ”Lo nggak bosen apa jadi jomblo? Masa tiap malam minggu gue harus nemenin lo nonton TV, lama-lama orang bakalan mikir kalo kita tuh homo beneran.”
”Anjrit, biar kata manusia di bumi ini cuma sisa lo, gue nggak bakal suka sama lo. Lagian sapa juga yang nyuruh lo nemenin gue, lo sendirikan yang ujug-ujug datang,” ketus Satria, sementara Bowo cuma cengar-cengir.
“Lo sendiri nggak ngaca apa? Lo sendirikan jomblo, pake ngata-ngatain gue lagi.” Sambung Satria sewot.
“Gue kan bukan jomblo semurni lo, gue punya kecengan, sering PDKT pokoknya berusahalah dalam menggaet si calon pujaan hati. Nah kalo lo, cuma duduk diem ngelamun eh ntar ujung-ujungnya depresi masuk RSJ,” bela Bowo dengan mengemukakan argumennya. “Dan kalo udah gitu, pasti gue juga yang bakalan repot harus nyisihin duit buat angkot demi nengokin lo,”
“Sialan lo,” umpat Satria kesal.
“Tapi iya juga sih, sebenarnya kita kurang apa ya? Wajah ok, senyum menawan, body cukup atletis, nurut apa kata orangtua, baik, suka menolong dan rajin menabung. Tapi kok nggak ada satupun cewek yang nyantol,” ucap Bowo sembari menerawang dengan tatapan kosong.
“Gini nih kalo kebanyakan nyium aroma ketek sendiri, jadi mabokkan lo. Lo pikir pancing, nyantol. Lagian Sejak kapan sih perut buncit lo masuk dalam kategori atletis? Ada-ada aja lo,”
Bowo tidak menghiraukan ’makian’ Satria, ”Lama-lama gue bosan juga dengan status jomblo yang selalu ngekor bagai kutukan.”
Suasana hening tercipta diantara mereka, suara wajan yang di pukul terdengar beberapa saat kemudian membuat Satria segera berlari keluar, ”Sat, mau kemana lo? Main kabur-kabur gitu,” teriak Bowo ketika Satria membuka pintu.
”Mau beli nasi goreng, gue laper dari tadi belum makan,” sahutnya cepat dan langsung menghilang dari hadapan Bowo.
Mendengar kata makanan, Bowo segera keluar mengejar Satria, ”Sat gue juga mau dong,”
”Mana duit lo?,”
”Bayarin dulu napa, itung-itungan banget lo ama gue, anggap aja lo lagi balas jasa ke gue,”
”Dasar lo, simbiosis mutualisme,” cibir Satria dan memesankan sepiring untuk Bowo.
Tukang nasi goreng itu sekilas memperhatikan mereka berdua, ”Kenapa bang? Gitu amat ngeliatinnya,” tanya Satria yang memergoki tatapan aneh si abang nasi goreng.
”Hehehe nggak papa mas, kok sepi banget mas rumahnya, berduaan aja ya?,”
”Gitu deh bang, yang lainnya lagi pada pergi malam mingguan,”
”Kok masnya nggak ikut malam mingguan juga?,”
’Huuu rese banget nih tukang nasi goreng, banyak amat nanyanya udah kayak polisi aja deh,’ dumel Satria dalam hati.
”Nggak bang dirumah aja, lagi capek,”
Tukang nasi goreng itu terlihat mengangguk-angguk, ”Capek atau nggak punya pacar mas?,”
’Anjrit, apa-apaan nih pertanyaannya menohok banget,’
”Buat apa saya pergi kalo pacar saya bisa mengunjungi saya disini?,” sahut Satria asal dengan hati dongkol. ”Lagian kalo saya pergi, ntar nasi goreng abang nggak ada yang beli,”
Sejenak wajah tukang nasi goreng terlihat kaget mendengar jawaban Satria, namun segera ditutupinya sebisa mungkin dan tidak bertanya apa-apa lagi. Dengan segera dua bungkus nasi telah berpindah ke tangan Satria dan tanpa basa basi tukang nasi goreng itu berlalu secepatnya dari hadapan Satria.
”Eh Sat, tu tukang nasi goreng kayaknya buru-buru banget jalannya, padahal tadi keliatannya santai-santai aja deh,” sambut Bowo saat Satria datang.
”Mungkin dia dapat telpon, kalo istrinya mau melahirkan,” sahut Satria dengan cuek dan segera melahap makanannya.
Sebuah bisik-bisik terdengar dari tetangga sebelah kosan yang kebetulan dapurnya nempel jadi satu dan hanya terhalang sebuah plywood tipis, ”Eh Ca, tetangga sebelah lo itu homo ya? Kok kayaknya setiap malam minggu kalo gue kesini cuma ada mereka berdua,”
”Ya kali, mana gue tau. Tapi kata ibu kostnya sih mereka cuma teman aja kok,” sahut Ica lirih.
”Kalo cuma teman kok kayaknya tadi mereka mesra banget,” suara cempreng itu terdengar lagi beradu dengan denting-denting pecah belah yang lagi di cuci.
”Masa sih, emangnya mesra gimana?,” tanya Ica penasaran.
”Cara mereka bertatapan tadi itu benar-benar mesra,”
’Mesra dari Hongkong, jangan-jangan nih anak matanya udah katarak akut,’ batin Satria dongkol.
”Hmm, Ica lagi ngomong sama siapa sih kayaknya asik banget nih, boleh ikutan nggak?,” nada suara Satria dibuat sejelas mungkin agar tu anak dua bisa tau kalo dirinya bisa mendengar yang mereka katakan tadi. Setelah itu Satria mencuci perabot makan dengan semangat berlebih hingga dua makhluk tadi khawatir kalo-kalo Satria akan menjebol dinding pembatas diantara mereka dan keesokan harinya koran-koran lokal akan mengabarkan tentang kematian dua anak SMU secara mengenaskan karena telah menuduh si pembunuh seorang homo.
Disebelah terdengar suara bisik-bisik yang jauh lebih pelan lagi, ”Biasa mas lagi ngomongin masalah tugas sekolah aja kok, hehehe kedengaran ya mas?,” terdengar jelas nada bicara Ica yang takut-takut.
”Ya gitu deh, nggak banyak kok cuma sedikit,” tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki Ica yang meninggalkan dapurnya diiringi gerutuan temannya.
’Rasain lo, makanya jangan ember,’ lonjak hati Satria.
”Lama amat sih lo nyuci sendok aja, nyucinya ke Cina ya?,”
”Barusan gue ngedengerin anak sebelah lagi ngomongin kita, mereka kira kita tuh homo,” sahut Satria tanpa mempedulikan cibiran Bowo.
Wajah Bowo tampak terkejut mendengarnya, ”Wah nggak bisa dibiarin nih, kita harus segera bertindak sebelum semua orang mengira hal itu benar-benar terjadi.” ucapnya panik.
”Emang lo mau ngapain? Mau marah-marah sama mereka? Udah lah biarin aja, toh itu semua juga nggak benar,”
”Nggak bisa gitu Sat, nggak bisa,”
”Trus sekarang lo maunya apa?,” tanya Satria pasrah dengan kemauan temannya yang satu ini.
”Gimana kalo besok kita ketempat mbah Kompyang?,” usul Bowo kemudian.
”Sapa tuh, kakek lo?,” tanya Satria dengan pandangan curiga.
”Sembarangan, kakek gue mah udah lama almarhum. Itu mbah-mbah yang ngebantuin Adit hingga jadi seterkenal sekarang. Dulunya sih Adit sama kayak kita bahkan lebih cupu tapi coba lo liat sekarang, ceweknya banyak ada dimana-mana,”
”Maksud lo, mbah Kompyang itu dukun?,” Bowo mengangguk cepat, ”Ogah ah, dukun kan biasanya banyak yang boong, lagian hare gene masih percaya dukun? Ada-ada aja lo,” cibir Satria dengan semangat 45.
”Kalo lo nggak mau juga nggak papa, tapi lo harus temenin gue, kali-kali aja pulang dari sana banyak cewek-cewek langsung mendekat bagai magnet ke gue, kan lo bisa ngebantuin gue,” kata Bowo narsis bin ngarep dot com.
”Please.....” rengeknya lagi dengan wajah memelas ketika tidak menemukan persetujuan di wajah Satria.
Satria menghembuskan nafas kesal, ”Iya, iya gue temenin,” ucapnya kemudian dengan pasrah.
”Nah gitu dong, itu baru namanya best friend forever,” sahut Bowo dengan gaya lebay.
Saat Bowo akan pulang, mereka melihat Ica mengantar temannya dan secara nggak sengaja pandangan mereka berempat bertemu. ”Udah mau pulang?,” tanya Satria basa basi.
”I...Iya mas, mau pulang,” jawab teman Ica terbata.
”Loh jemputannya mana? Kok nggak ada,”
”Di depan mas, ini saya mau ngantar Nina kedepan,” jawab Ica cepat karena temannya hanya menunduk memandangi jari-jari kakinya yang mengintip tanpa berani mengangkat wajahnya melihat Satria atau Bowo.
”O... bareng gue aja, kosan gue kan didepan sana, daripada Ica bolak-balik,” ajak Bowo sumringah.
Bukannya menyetujui, tuh cewek jadi makin pucat. Mungkin hati kecilnya berbisik, ’Tuhan tolong, aku masih ingin hidup. Aku janji lain kali tidak akan nge-gosip lagi. Tolong Tuhan, tolong aku kali ini, jangan biarkan makhluk didepan hamba ini mendekati hamba.’
Dan dalam waktu singkat doanya dikabulkan, ”Itu jemputan saya datang, Ica gue pamit ya, duluan mas,” cewek yang bernama Nina itu langsung naik keboncengan motor yang berhenti tepat didepan mereka dan segera meninggalkan Bowo yang memasang wajah kecewa.
”Mas, Ica masuk dulu ya,” pamit Ica kemudian, Satria mengangguk mengiyakan.
”Untuk kesekian kalinya gue kembali gagal mendekati cewek,” ucap Bowo lirih dan berjalan gontai meninggalkan Satria yang geleng-geleng melihat tingkahnya.


*****

”Wo, sebenarnya lo tau nggak sih dimana tempatnya? Kita tuh udah sejam lebih ngiterin daerah ini tapi nggak ada rumah satupun yang kita temukan. Pegel nih gue.” mereka berangkat dari kost sejak pagi dan sampe rumah didaerah itu saat matahari telah berada dipuncak, dan sekian lamanya mereka berjalan, sejauh mata memandang yang terlihat hanya pohon, pohon dan pohon.
”Gue tau kok, kan udah dikasih denahnya ama Adit,” jawab Bowo santai walaupun peluh telah membanjiri tubuhnya.
”Denah??! Jadi lo belum pernah kesini?!,” tanya Satria terkejut setengah mati.
”Belum,”
”Gila lo ya, gue pikir lo udah pernah kesini. Gimana kalo ternyata Adit salah ngasih denah atau lo nya yang nggak bisa baca denah Adit? Kita bisa mati disini tanpa ada seorang pun yang tau,” Satria semakin uring-uringan nggak jelas, kini rasa letihnya semakin bertambah-tambah.
”Jangan kayak cewek gitu dong, namanya juga mencari cinta, jadi sedikit pengorbanan nggak masalah dong,”
”Sedikit pengorbanan pale lo pitak, kita ini udah semakin jauh kedalam hutan dan sampe sekarang nggak juga nemu rumah atau orang, dan lo bilang ini pengorbanan?,”
”Parah lo Wo, bener-bener parah. Cuma gara-gara jomblo otak lo jadi karatan hingga nggak bisa lagi berfikir jernih.” sambung Satria lagi, ia benar-benar kesal pada Bowo, ingin rasanya ia mencabut pohon paling gede di dekatnya dan melemparkannya ke Bowo.
”Kalo lo marah-marah terus, sampe taon depan juga kita nggak bakalan nemu tu tempat. Jadi sekarang lo diem aja dan ikutin gue, gue yakin kok di depan sana kita bakal nyampe dirumah mbah Kompyang. Ok,” Bowo berusaha menenangkan Satria, walaupun sebenarnya hatinya kebat kebit, takut kalo-kalo Satria benar bahwa dialah yang nggak bisa baca denah dari Adit.
”Ogah, ntar bukannya nemu tu rumah yang ada kita berdua malah tambah nyesat di hutan dan nggak bisa keluar dari sini. Gue mau balik aja,” Satria tampak berbalik untuk pulang namun sosok tua jelek yang berdiri di depan sana membuatnya mengurungkan niat.
Melihat Satria berdiri tak bergerak dan tak bersuara membuat Bowo membalikkan tubuhnya, ekspresi terkejut langsung tergambar jelas diwajahnya. ”Sat, siapa tuh? Serem amat mukanya,” lirih Bowo tepat ditelinga Satria yang masih terpaku. Ntah sejak kapan sosok itu ada, Bowo pun tak menyadarinya. Satria hanya menggeleng tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Lelaki tua itu berpakaian hitam-hitam, di pipi kanannya terdapat bekas luka yang memanjang, matanya memancarkan suatu keanehan, dan ditangannya sebuah sabit tergenggam erat makin menambah kesan seram.
Sosok itu terlihat mendekat, membuat Satria dan Bowo mundur beberapa langkah kebelakang, ”Kalian ini siapa dan mau apa dihutan ini?,” tanya orang itu lantang saat hanya berjarak dua langkah dari arah mereka, membuat nyali mereka semakin menciut.
”Ka...Kami mencari rumah Mbah Komyang,” sahut Bowo dengan gugup dan bersembunyi dibelakang Satria.
Mata lelaki tua itu tampak membulat mendengar jawaban Bowo, ”Mau apa kalian mencarinya?,”
”K... Ka..Kami dengar... mbah Kompyang bisa bantu kami..... mendapatkan pacar,” mendengar jawaban Bowo, orang itu malah tertawa terbahak-bahak dengan suara yang memekakkan telinga.
”Huahahahaha wkwkwkwkwk ohok ohok ohok... pasti yang ngasih tau kalian si Adit!,” tebaknya cepat.
Bowo mengangguk mantap, ’Wuih, jangan-jangan orang ini Mbah Kompyang. bener-bener sakti, dia bisa tau kalo Adit adalah sumbernya,’ pikir Bowo takjub.
Sementara Satria cuma ngedumel dalam hati karena jigong tu bapak sedari tadi mampir di mukanya dengan sukses, ’Tau gini mending tadi aku bawa payung, gila mana tuh jigong bau banget lagi kayak seminggu nggak gosok gigi,’
”Terus kalian percaya gitu aja sama Adit?,” tanya pak tua itu lagi sambil terus terkekeh.
”Percaya dong mbah, buktinya Adit sekarang ceweknya banyak,” sahut Bowo dengan yakin.
Bukannya ngejawab, tuh bapak malah ngakak sejadi-jadinya, ”huahahaha wkwkwkw ohok ohok,”
’Mudah-mudahan ada burung yang lagi terbang terus parkir ditenggorokannya,’ doa Satrio dengan sadis, ia benar-benar kesal dengan hujan lokal yang selalu bermuncratan kemukanya.
”Mbah... mbah... mbah udah dong ketawanya ntar takutnya keterusan nih,” ucap Bowo dengan mimik yang khawatir, dia berpikir nih bapak jangan-jangan jelmaannya si om genderuwo lagi doyan amat ketawa keras-keras.
”huehehe iya.. iya... abis kalian lucu sih,” tu bapak mulai ngerem ketawanya, ”Kalian sudah ditipu Adit, saya sama sekali bukan dukun.” sambungnya lagi.
”Loh terus kalo mbah ini bukan dukun kok bisa tau kalo Adit yang ngasih tau kami tentang mbah?,” tanya Bowo keheranan.
”hehehe Adit itu cucu saya dan karena saya tinggal dihutan seperti ini dia selalu saja mengatakan saya mirip dukun yang selalu saja tinggal menyepi jauh dari keramaian. Dan kalian bukan orang pertama yang mencari saya,” jawab orang itu dengan terkekeh.
Bowo yang mendengar pengakuan jujur si mbah hanya bisa terperangah, ”Sebaiknya sekarang kalian pulang saja sebelum sore, karena kalo sore di sini akan gelap dan kalian akan kesulitan mencari jalan pulang.”
Satria bergeser kesamping untuk menghindari hujan lokal yang sedari tadi menerornya terus menerus.
”Ta... tapi kok sekarang Adit bisa punya banyak cewek? Padahal dulukan dia cupu banget,” tanya Bowo masih tidak percaya.
”Nama cewek-cewek itu Dina, Nadia, Sofi, Aira dan Sinta?,” bukannya menjawab, mbah Kompyang malah balik nanya.
Bowo terkejut mbah Kompyang bisa tau sedetail itu, ”Tuh kan si mbah orang hebat, buktinya bisa tau nama cewek-cewek Adit,”
”Huahahahaha wkwkwkwkwkwk.....” lagi-lagi si mbah ngakak dan kali ini makin keras, membuat Satria BT dan berpikir untuk mencabut pohon terdekat dengannya untuk menutup asal dari hujan yang masih selalu mampir ke wajahnya.
”Aduh, please deh mbah, bisa nggak sih kalo nggak ngakak?,” tanya Bowo lebay. Ia sudah letih mendengar tawa si mbah yang selalu over.
”Huehehehe maaf, maaf. Jelas aja saya tau, lah wong cewek-cewek itu juga cucu saya huahahaha wkwkwkwkwk,”
”Ja... jadi mbah ini..... bukan.....” Bowo langsung terduduk ditanah sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya. Rasa letih yang sedari tidak dirasa, kini seakan menggantung ditubuhnya dengan amat sangat.

*****

keutamaan tersenyum ^_^

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“.

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan tersenyum dan menampakkan muka manis di hadapan seorang muslim, yang hadits ini semakna dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain, “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria“.

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

- Menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu dengan seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala bersedekah.

- Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh sahabat yang mulia, Jarir bin Abdullah al-Bajali radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk Islam, dan beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku“.

- Menampakkan wajah manis di hadapan seorang muslim akan meyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan keutamaan.

Adapun tersenyum dan menampakkan wajah ceria, maka ini lebih utama dari semua perbuatan tersebut (di atas). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“. Dan Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam keadaan tersenyum“.

Inilah akhlak (mulia) dalam Islam, dan kedudukan yang paling tinggi (dalam hal ini) adalah orang yang selalu menangis (karena takut kepada Allah) di malam hari dan selalu tersenyum di siang hari. (Dalam hadits lain) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia denga hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada) wajahmu“.

Ada hal lain (yang perlu diingatkan) di sini, (yaitu) sepatutnya bagi orang banyak tertawa dan tersenyum untuk menguranginya (agar tidak berlebihan), dan mencela dirinya (dalam hal ini), agar dia tidak dijauhi/dibenci orang lain. Demikian pula sepatutnya bagi orang yang (suka) bermuka masam dan cemberut untuk tersenyum dan memperbaiki tingkah lakunya, serta mencela dirinya karena buruknya tingkah lakunya, maka segala sesuatu yang menyimpang dari (sikap) moderat (tidak berlebihan dan tidak kurang) adalah tercela, dan jiwa manusia mesti sungguh-sungguh dipaksa dan dilatih (untuk melakukan kebaikan)”.^_^

(harmoni islam on facebook)

larangan mengintip kedalam rumah orang lain

Sering kita jumpai orang-orang yang jahil tentang tuntunan syari'at, karena terdorong rasa ingin tahu, ia mengintip ke dalam rumah orang lain. Baik karena salam yang tak terjawab, atau hanya sekedar iseng. Mereka tidak menyadari, bahwa perbuatan seperti ini diancam keras oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Beliau bersabda:

"Sekiranya ada seseorang yang mengintip rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan batu hingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu". (H R, Al Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Sahal bin Saad As Sa'idi Radhiyallahu 'anhu, ia mengabarkan bahwasanya seorang laki laki mengintip pada lubang pintu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu, Beliau tengah membawa sebuah sisir yang biasa Beliau gunakan untuk menggaruk kepalanya. Ketika melihatnya, Beliau bersabda: "Seandainya aku tahu engkau tengah mengintipku, niscaya telah aku lukai kedua matamu dengan sisir ini". Beliau bersabda: "Sesungguhnya permintaan izin itu diperintahakan untuk menjaga pandangan mata." (H R, Al Bukhari dan Muslim)


(harmoni islam on facebook)

jangan mau 'hanya' jadi biasa

Kalau mau direnungkan, mana ada sih manusia biasa? Meskipun judul lagunya saat ini lagi nge-tren dan seolah-olah manusia biasa memang eksis di dunia ini, tapi faktanya... tidak ada manusia yang biasa-biasa saja.

Otak manusia saja mengandung lebih dari 100 juta sel syaraf, dan itu dibawa kemana-mana dengan enteng, tiap manusia punya ”benda” yang menakjubkan ini di kepalanya, belum lagi bicara jantung manusia, berdenyut rata-rata 10.000 kali per hari, Steven Vogel, seorang perekayasa dari Duke University di Amerika, menyatakan bahwa jantung manusia takkan pernah dapat ditiru. Itu baru berbicara tentang 2 organ vital yang pasti dimiliki manusia hidup, belum bicara tentang hal lainnya tentang diri manusia. Lalu, mengapa ada manusia yang “biasa-biasa saja” dan ada juga manusia yang “luar biasa”?

Tentunya, hal ini terlepas dari keadaan alamiah manusia itu sendiri yang memang sudah didesain luar biasa oleh Sang Pencipta. Kita menjadi biasa-biasa saja ketika kita tidak mampu mendayagunakan ke-luar biasaan kita, padahal tiap manusia memiliki potensi luar biasa yang berbeda-beda, ada yang luar biasa di bidang hitung-hitungan, ada yang luar biasa di bidang seni, ada pula yang luar biasa di bidang bahasa dan sastra, serta banyak bidang lainnya.

Mungkin seorang penyanyi bersuara emas hanya menjadi “biasa-biasa saja” ketika dia bekerja menjadi buruh pabrik, mungkin seorang penulis jenius akan menjadi “biasa-biasa saja” karena dia terlalu sibuk mengerjakan profesinya sebagai dokter hewan.

So, bagi siapapun yang masih merasa dirinya biasa-biasa saja, berhati-hatilah! Temukan segera “tempat” di mana kita seharusnya menjadi manusia luar biasa, karena Tuhan tidak menciptakan kita untuk menjadi biasa-biasa saja.

Jangan rendahkan diri dengan ”hanya” menjadi manusia biasa, kalau sebenarnya dalam diri kita sudah ditanamkan banyak hal luar biasa!

(annida online)

Rabu, 14 Juli 2010

Strategi melakukan ‘penembakan’

Awalnya, berusahalah menjadi teman yang baik dan asyik buat doi (psst, jangan sampe saat sama si doi kamu malah sibuk nanyain tentang temannya, yang ada doi malah BT, kesannya kamu ngedeketin dia cuma untuk nyari informasi tentang temannya doang)

Cari tau apa yang dia sukai dan dia benci.
Jangan sampe kamu ngasih dia bunga padahal dia lebih suka dengan aksesoris yang berbau gotik n metal. Tapi kalo bunga bank yang kamu kasih, aku yakin doi nggak bakal bisa nolak xixixi…

Saat PDKT, cari tau juga apakah doi sudah punya gebetan atau belum?
Jangan sampe kamu nembak istri orang or suami orang, kata orang dulu nggak baik, bisa ngancurin rumah tangga orang lain.

setelah kamu yakin kalo doi masih sorangan bae, mulailah memberi perhatian yang lebih dan jangan lupa sering-sering ngasih kejutan. Misalnya, ajak doi dinner ditengah-tengah kuburan tua or ajak doi naik getek lalu kalian cari deh dimana tepatnya ujung dari sungai mahakam, murah plus menyehatkan lho!!! Xixixixixi….. aku yakin, doi bakal…………………………………….marah-marah plus maki-maki kamu hihihihi…..

saat kamu sudah tau tentang dia dengan baik, pilih waktu yang tepat untuk mengungkapkan isi hatimu. Jangan sampe kamu ‘nembak’ saat doi lagi sedih karena ditinggal mati ama puspitasari heñida tri setyarini handayani alias si puss.
Dan ingat, saat mengungkapkan isi hatimu usahakan untuk menatap matanza jangan malah melototin upil ama kutilnya apalagi dompetnya. Dont do that guys!!!

Terakhir, ketika kamu telah menemukan saat yang tepat untuk penembakan, jangan lupa menyiapkan hatimu untuk sesuatu yang buruk (ngerti donk maksudnya apa?!)

Ok guys, good luck n selamat berjuang. Cayooo!!!
Kejarlah cintamu sampai kelubang idung (kalo lubang semut kekecilan) ^_^

Senin, 05 Juli 2010

teori evolusi VS kebenaran

Pernah kepikiran nggak, kenapa seorang Charles Darwin dari abad ke sembilan belas mengemukakan teori evolusi???

Teori evolusi yang menyatakan bahwa spesies di bumi bukan ciptaan-Nya, melainkan MUNCUL MENJADI ADA akibat proses yang dikendalikan secara penuh oleh peristiwa KEBETULAN.

Darwin berpendapat bahwa semua spesies berevolusi secara bertahap dari satu nenek moyang yang sama. Tapi, pertanyaan tentang BAGAIMANA MAHLUK HIDUP PERTAMA MUNCUL MENJADI ADA tidak pernah diulas dalam bukunya yang konon legendaries {the origin of species) terbit tahun 1859.

Adalah anggapan umum saat itu, bahwa katak dapat muncul dengan sendirinya dari Lumpur dan serangga dari sisa makanan. Sejumlah percobaan dilakukan untuk membuktikan teori ini. Misalnya, segenggam gandum diletakkan pada kain kotor, dan tikus akan muncul darinya. Belatung pada daging juga dijadikan bukti bahwa kehidupan dapat muncul dari benda tak hidup.

Namun diabad kedua puluh, para evolusionis yang berusaha untuk menjelaskan asal-usul kehidupan (berdasarkan teori Darwin) selalu berakhir dengan kegagalan.

Jefrey Bada, professor Geokimia dan pendukung utama teori evolusi, mengakui fakta ini dalam majalah Earth edisi Februari 1998, yang termasuk diantara literature evolusionis terkemuka :

“kini saat kita meninggalkan abad dua puluh, kita masih menghadapi masalah terbesar yang kita punyai saat memasuki abad baru, yaitu ‘BAGAIMANA KEHIDUPAN MUNCUL PERTAMA KALI DIBUMI ???”

Fred Hoyle seorang pakar matematika dan astronomi Inggris terkemuka memaparkan kemustahilan ini dengan sebuah contoh :

Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara KEBETULAN dapat disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat pembuangan barang bekas, tiba-tiba sebuah pesawat Boing 747 langsung tercipta setelah berlalunya angin.



Penemuan struktur molekul DNA yang ditemukan dua ilmuwan, James Watson dan Francis Crick, pada tahun 1955. menunjukkan bahwa kehidupan ternyata lebih kompleks dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Walaupun Francis Crick seorang evolusionis tulen, akhirnya ia mengakui bahwa struktur seperti DNA tidak akan pernah muncul secara kebetulan.

Dan masih banyak evolusionis-evolusionis lain yang ingin mengungkapkan betapa benarnya teori evolusi ini, tapi yang mereka dapatkan justru kebenaran-kebenaran hakiki, bahwa tidak akan pernah ada mahluk yang tercipta secara kebetulan walaupun binatang yang paling kecil sekalipun.

Kemungkinan besar fosil-fosil menyerupai kera yang selama ini dianggap sebagai moyangnya manusia hanyalah spesies kera yang sudah punah.

Kalo melihat dari tempat-tempat penggalian fosil selama ini, mungkin nggak sih kalo para ilmuwan, arkeolog, ahli paleoantropologi dan sejenisnya sudah salah tempat???

Coba deh ’melirik’ sekilas dari kisah-kisah di Al-qur’an, yang menunjukkan hahwa manusia pertama dibumi adalah Adam dan Hawa, dan menurut kisah-kisah itu nenek moyang manusia itu tinggal di daerah Timur Tengah.

Dan kemungkinan besar dibelahan bumi lainnya saat itu hanya dihuni oleh hewan-hewan
(anak cucu nabi Adam belum merantau ke belahan bumi yang lain) dan karena struktur tubuh salah satu hewan ini (gorila, monyet dsb) menyerupai tubuh manusia, maka para ilmuwan ini menobatkan hewan ini sebagai nenek moyang manusia.

Padahal menurut ensiklopedia, sel otak manusia lebih besar (yaitu 100 milyar sel otak) daripada simpanse dan sejenisnya yang hanya memiliki 10 milyar sel otak.

Setelah mengetahui semua ini, masihkah kamu mau dikatakan keturunan monyet atau sejenisnya???!

Sabtu, 26 Juni 2010

Hal mengerikan di balik pembuatan Jeans

Jeans adalah sejenis pakaian dari kain drill dapat berupa celana ataupun baju (jaket).
Asal muasal Blue Jeans adalah seragam para pekerja tambang di San Fransisco.
Levi Strauss yang awalnya membuka usaha kain terpal berbahan kain linen untuk menutup materi di pertambangan, mencium sebuah peluang saat memperhatikan celana yang dipakai para penambang cepat sekali rusak.

Strauss pun terpikir membuat celana kerja dari bahan kain kanvas, tak disangka celana itu laku keras dan tanpa disadari menjadi seragam para pekerja tambang.
Namun karena nggak semua pekerja suka dengan bahan kanvas, Strauss mulai menggunakan bahan lain yang dipesannya dari Genoa, Italia.
Para pemintal disana menyebut bahan tersebut ‘Genes’, dan Strauss mengubahnya menjadi ‘Jeans’.

Sejak saat itulah celana Jeans diproduksi secara besar-besaran dan mulai mendunia. Begitulah sejarah singkat tentang asal muasal penciptaan pakaian berbahan jenis Jeans.

But did you know, Jeans yang hampir setiap hari dipakai manusia seantero dunia itu ternyata salah satu penyumbang kerusakan lingkungan.
Ternyata para produsen Jeans ternama yang produknya seringkali kita pakai menggunakan cara yang tidak sehat saat mengolahnya.

Produsen ini sengaja memilih negara ke tiga di Afrika dan Asia, yang para pekerjanya RELA dibayar murah. Tapi yang PARAH adalah pabrik-pabrik Jeans itu membuang limbahnya sembarangan dan menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar pabrik.

Banyak sekali bahan kimia berbahaya yang digunakan, agar Jeans terlihat bagus dan menarik. Misalnya Sodium Hidroxide yang bisa menyebabkan chemical burns, dan Calcium Hypochlorite yang dipakai untuk membersihkan dan membleaching Jeans yang sudah jadi. And you know what, bahan kimia terakhir yang disebut sangatlah berbahaya bagi paru-paru.

Dan untuk Jeans yang buluk atau belel, proses pengolahannya akan semakin sulit dan lagi-lagi memakai bahan kimia bernama Potassium Permanganate setelah sebelumnya di amplas terlebih dahulu agar warna pudarnya terlihat ok.
Setelah warna pudar Jeans-nya terlihat sempurna, Jeans dicuci dengan softener sebelum dipak dan dikirim ke toko.

Di Mexico, ada 700 perusahaan laundry khusus untuk Jeans, yang membuang limbahnya secara tidak terorganisir. Hasilnya? Air irigasi pertanian menjadi berwarna biru, kuning dan hitam. Tumbuhan mati sehingga industri pertanian pun banyak yang gagal panen. Penduduk sekitar pun merasakan gatal-gatal dikulit mereka.

Fakta lainnya (yang lagi-lagi berhubungan dengan bahan kimia), setiap tahunnya produsen Jeans mengeluarkan uang sebesar US $ 2,6 milyar hanya untuk membeli PESTISIDA agar lahan kapasnya tidak terserang hama. Dan Pestisida yang mereka gunakan adalah jenis Pestisida yang termasuk paling berbahaya, seperti Aldicarb, Phorate, Methamidophos dan Endosulfan.

Pestisida jenis ini bisa meracuni petani, mengkontaminasi tanah dan air serta membunuh serangga dan micro organism yang menguntungkan bagi kesuburan tanah.


Pssst, bukan bermaksud menakut-nakuti atau menyuruh kalian untuk meninggalkan Jeans lho ya, tapi cuma sekedar menginformasikan saja.
Isu tentang global warming dan kerusakan lingkungan akhir-akhir ini sering banget mampir ditelinga kita, dan hal itu benar adanya.
Jadi kalo kita mau peduli, nggak usah jauh-jauh, mari kita mulai dari diri kita sendiri dulu, dengan cara nggak usah deh ngikutin trend pakai Jeans Belel dan nggak usah beli Jeans dari produsen ternama. Karena semakin terkenal merk Jeans, justru semakin besar peran mereka (dan kita juga tentunya) dalam merusak lingkungan.

So, do it now for a better future!!! ^_^

Senin, 26 April 2010

cahaya hati ibu

“ce, maaf ya aku ga bisa ngantar kamu. Aku harus cepat pulang, anakku lagi sakit.” Kata Mirna dengan mimik menyesal karena membiarkan ice pulang sendiri malam ini.
“Ga papa mir, saya bisa naik angkot atau ojek kok,” jawab Ice dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya.
“Klo gitu aku duluan ya Ce!’” pamit Mirna tidak lama kemudian.
Malam ini Ice dan Mirna memang harus lembur menyelesaikan beberapa pekerjaan yang benar-benar mepet waktunya, namun Mirna harus pulang lebih dulu karena anaknya sedang sakit. Dan karena sudah tidak ada siapa-siapa lagi Ice terpaksa cari angkot atau ojek sendirian.
“Mau kemana neng, kok sendirian aja. Kita temenin ya…” beberapa orang preman yang mabuk mendekati Ice.
“Kok diem aja sih, sama kita ga usah takut kaleee neng.” Kata preman yang jangkung.
Ice semakin ketakutan dan memeluk erat tasnya.” Ya Allah, apa yang harus kulakukan, bantulah dan lindungilah hamba-Mu ini…” bisik hati Ice.
“Psst, jangan gitu dong, kan kasian. Liat tuh mukanya udah pucat. Kalian sudah menakutinya…. Ha….ha….” kata preman yang berambut gondrong. Tidak lama kemudian ketiga preman itu sudah mengelilingi Ice yang semakin ketakutan.
“Tolong kang, jangan ganggu saya. Akang boleh ambil tas saya tapi tolong biarkan saya pergi. Tolong kang!!!.” Kata Ice dengan memelas, namun preman-preman itu tidak mengindahkan Ice. Mereka langsung membawa Ice kesemak-semak dan melucutinya.

*****

Dua tahun kemudian.
“Ce, sepertinya akhir-akhir ini wajah kamu terlihat pucat, kamu sakit? Kalo sakit istirahat aja dulu.” Tanya Mirna saat melihat wajah Ice yang sering pucat.
“saya ga papa Mir, mungkin cuma kecapean biasa aja,” sahut Ice dengan lembut.
“O gitu….. eh Ce, hari minggu nanti kamu datang kerumah ya, Reza ultah. Ya acara kecil-kecilan aja sih,” kata Mirna tidak lama kemudian.
“Insya Allah Mir, emangnya ultah yang keberapa?,”
“Yang ke-4,” dering telepon menghentikan obrolan mereka. Tidak lama kemudian Mirna pergi keruang pimpinan untuk memberikan dokumen yang diminta.

*****

“Ce, akhir-akhir ini kamu sering banget sakit. Udah coba periksa kedokter? Siapa tau ada penyakit, daripada ntar tambah parah.” Kata Marsya teman kontrakan Ice sembari menyelimutinya yang demam.
“Saya ga papa Sya, mungkin cuma kecapean aja. Sya bisa minta tolong telponkan Mirna, tolong kasitau dia bahwa saya tidak bisa masuk hari ini soalnya lai ga enak badan.”
Dengan segera marsya pun menghubungi Mirna teman kantor Ice.” Kata Mirna kamu istirahat aja, kalo besok masih sakit ga usah kerja aja, nanti dia yang ngomong ke bos mu.”
“Ce, makan dulu baru tidur. Kamu kan belum makan dari tadi,” kata Sari dengan membawa bubur yang baru selesai dimasaknya.
“nanti aja Ri, aku ngantuk,”
“Makan dulu, biar sedikit. Ayo buka mulutnya…” kata Sari menyuapi Ice seolah menyuapi anaknya. Ice pun tersenyum melihat tingkah Sari dan membuka mulutnya.
“Besok ga usah kerja dulu karena mas Dedi akan datang special untuk memeriksamu,” kata Nita dengan sumringah.
“Meriksa Ice sih cuma alasan doing, tujuan utamanya biar kalian bisa ketemuankan?!,” tebak Marsya cepat.
“Huehehe….. Marsya tau aja.” Ice merasa sakitnya berkurang, melihat perhatian tiga orang teman serumahnya itu.
Sari kembali menyodorkan sendok berisi bubur namun Ice menolak,” Klo masih mau rebut mending keluar. Ice harus istirahat.” Kata Sari saat melihat Marsya dan Nita akan melanjutkan ‘adu mulut’ mereka.
“Ce, istirahat ya. Kalo ada apa-apa kami ada diluar kok.” Pesan Nita sebelum keluar kamar.
Ice hanya mengangguk,” Ya Allah, terima kasih Engkau tlah mengirim mereka untuk tinggal serumah denganku, “bisik hati Ice.
Keesokan harinya Ice yang masih demam diperiksa oleh Dedi,” sudah berapa lama demamnya?,”
“Mulai kemarin sih, tapi beberapa bulan ini Ice jadi sering demam tanpa sebab,” sahut Nita mewakili teman-temannya.
“Untuk sementara saya kasih resep ini dulu, kalo udah baikan, mungkin bisa dicoba untuk tes dilaboratorium, siapa tau ada penyakit dalam yang sulit dideteksi.” Dedi segera memberikan sehelai kertas pada Nita.
“Kalian cuma berdua? Yang lain mana?,” sambung Dedi saat menyadari tak ada orang selain kami.
Nita yang merasa senang dengan kunjungan Dedi langsung menjawab dengan riang,” Yang lain lagi pada kerja, aku sendiri hari ini lagi ga ada mata kuliah,” Dedi hanya mengangguk-angguk. Dedi dan Nita baru beberapa bulan jadian. Dedi adalah seorang mahasiswa kedokteran yang lagi magang disebuah rumah sakit.
Beberapa hari kemudian Ice mulai membaik dan ia pun mengikuti saran Dedi untuk tes kesehatan disebuah laboratorium. Namun, hasilnya jauh dari perkiraan, bahkan untuk lebih memastikannya Ice pun kembali melakukan serangkaian tes, namun hasilnya tetap sama dan tetap mengerikan…… positif HIV. Ice hanya bisa menangis dan menangis serta mengingat kejadian malam mengerikan itu.
Setelah pemeriksaan itu Ice lebih banyak diam, badannya pun semakin menyusut. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang kampung dan berhenti bekerja. Saat surat pengunduran dirinya diserahkan, semua teman-temannya menanyakan sebab kepergiannya. Dengan berusaha tetap tabah dan tersenyum, Ice hanya menjawab, “Kasihan pada ibu yang sekarang hidup sendirian karena adik ikut suami kekota lain,”
Teman-teman kantor dan dirumah kontarakan pun akhirnya memaklumi, walau berat tapi Ice berusaha tabah dan tetap tersenyum, ia tidak ingin seorang pun dari temannya mengetahui penyakitnya.

*****


Semenjak kepulangannya, Ice pun semakin sering sakit. Ibunya merasa heran dan bingung dengan keadaan Ice, bahkan tetangganya pun mulai bergunjing yang tidak-tidak mengenainya.
“Jangan-jangan waktu dikota, Ice bekerja yang bener gitu. Jadi dia tertular penyakit seperti Narti anaknya ibu Imah.” Ucap seorang ibu kepada ibu-ibu lainnya yang ada dipasar.
“Maksud bu Joko penyakitnya ‘anak nakal’ gitu?’” Tanya ibu yang lain pada si pembuat gosip, yang tak lain adalah bu Joko.
“Ya gitu deh, ibu-ibukan tau apa pekerjaan Narti dulu waktu dikota, dan jenis sakit apa yang diderita Ice mirip dengan sakitnya Narti,” sahut bu Joko dengan heboh. Semakin lama gosip itu semakin tersebar dan semakin banyak orang yang menggunjingkan Ice.
Ibu Ice hanya berusaha bersabar dan tabah menghadapi sikap orang-orang dikampungnya. “Bu, maafin Ice ya, pulang-pulang bukan bikin ibu senang malah membebani ibu dengan penyakit dan gunjingan orang-orang.” Kata Ice dengan berlinangan airmata menatap ibunya.
“Kamu seperti tidak tau saja gimana tabiat orang-orang disini. Sudahlah tidak usah difikirkan, toh ibu tidak merasa terbebani, kamukan anak ibu jadi sudah seharusnya ibu merawat kamu saat sakit,” kata ibunya dengan lembut.
“Bu, Ice memang sakit, bisa dibilang parah dan kemungkinan umur Ice tidak akan lama.”
“Kamu tidak boleh berkata seperti itu nak, separah apapun penyakit yang diderita oleh manusia tapi kalo Allah SWT belum menghendakinya, maka orang itu akan tetap hidup.”
“Bu, Ice mau cerita sesuatu yang Ice rahasiakan dari siapapun kecuali Allah SWT….” Ice pun mulai menguatkan diri untuk menceritakan peristiwa naas itu pada ibunya.
“Tiga tahun yang lalu, sepulang kerja, Ice…. Ice….diperkosa tiga orang preman bu. Saat itu Ice lembur dan pulang sekitar 22.30. ketika Ice menunggu kendaraan yang lewat, preman-preman itu datang dan memperkosa Ice bu.” Cerita Ice dengan wajah bermandikan airmata. Ibunya yang sejak tadi terlihat menyimak tak urung ikut menangisi kemalangan anaknya.
“Sejak peristiwa itu Ice selalu berharap dan berdoa agar tidak terjadi hal-hal yang lebih mengerikan lagi. Namun, setahun kemudian Ice mulai sakit-sakitan, hingga seorang teman menyarankan untuk tes ke laboratorium dan ternyata hasilnya…….. HIV positif. Salah satu preman itu telah menularkannya pada Ice….” Airmata Ice semakin deras, peristiwa naas itu kembali menari-nari dibenaknya.
“Sungguh berat beban yang menimpamu nak. Tapi kamu harus tetap tabah dalam menjalaninya karena ibu yakin dibalik semua itu ada hikmah yang tersembunyi dan ibu pun yakin Allah SWT pasti sangat menyayangimu hingga Ia mengujimu dengan peristiwa ini, Ia ingin tau seberapa kuat imanmu nak,”
“Ibu tidak takut tertular?’,”
“Buat apa takut sama sebuah penyakit, ibu hanya takut pada Sang Pencipta. Ibu juga tidak malu dengan gunjingan orang-orang , toh itu tidak semuanya benar. Bagi ibu, kamu tetap anak ibu yang paling baik, cantik dan suci. Jadi kamu tidak perlu memikirkan omongan orang lain.” Seru ibunya dengan bijaksana.
Ice pun langsung memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang, “Makasih ya bu, udah mau nemenin dan ngerawat Ice serta tidak merasa malu terhadap omongan-omongan orang,” bisik Ice ditelinga ibunya.
“Makasih juga karena Ice mau jadi anak ibu yang baik dan taat pada semua perintah Allah SWT serta hormat pada orangtua,” balas ibunya sembari tersenyum tulus diiringi linangan airmata.
“Ya Allah, terima kasih karena Engkau memberikan ibu yang teramat sangat baik untukku. Terima kasih ya Allah…” syukur Ice dalam hati.

*****

Kegetiran Masa Lalu

Hari yang ‘indah’. Pagi, diomel-omelin bos karena salah menyambungkan telp ke supplier. Siangnya, teman salah beliin makan, mintanya telor dikasih ayam (padahal akukan alergi banget dengan unggas yang satu itu). Sorenya pas mau pulang ternyata angkot-angkot pada mogok dan akhirnya aku terpaksa harus ngeluarin duit lebih untuk naik ojek. Saat itu kupikir ‘keindahan’ hari ini akan berakhir, namun aku salah. Saat makan malam aku kembali menikmati ‘keindahan’ karena pertanyaan orang tuaku.
“Kapan nih calon kamu diajak kerumah? Mamak kan juga mau mengenal calon menantu.” Kata mamak tanpa basa basi.
Aku langsung tersedak makanan yang ku kunyah. hu…..pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling kubenci dan untuk kesekian kalinya kembali di bahas, di meja makan pula.
“iya, Bagus dan Bagas saja sudah pernah membawa pacarnya kerumah, masa kamu belum pernah sama sekali,” timpal bapak dan membuatku semakin kesulitan bernafas. Sementara dua adik kembarku, Bagus dan Bagas menampakkan senyum kemenangan diwajah mereka.
“Belum ada. belum mikir yang gituan,” sahutku singkat.
“kalo kamu ga mikir dari sekarang, kapan lagi kamu akan mikirnya? Ingat, umur kamu itu terus bertambah. Jangan sampai adik-adikmu mendahului mu,” sambung ibu lagi.
Seandainya terjadi longsor tiba-tiba didalam rumahku, aku berharap aku bisa ikut longsor itu masuk ke dalam bumi saat ini juga agar bisa menghilang dari tatapan mereka semua.
“Win kamu denger gak kata-kata mamak?,”
“Iya mak, Win dengar. Tapi untuk saat ini Win ga mau mikir hal itu. Masih banyak hal yang lebih penting daripada mencari pasangan hidup,”
“Kapan kamu akan memikirkannya? Ingat umurmu bukan lagi anak remaja,” kata-kata Mamak tadi terasa sangat menohok.
“Mamak bosan mendengar omongan orang-orang yang mengatakan kau perawan tua yang tak laku-laku. Jadi Mak harap kau bisa memikirkannya dari sekarang,” sambung Mamak kemudian.
Aku berusaha untuk memaklumi perasaan wanita dihadapanku ini, “Ya Mak, saya ngerti!,”
Kami pun kembali hening dan menyantap makanan dengan tenang, namun pikiranku tidak bisa setenang itu.

*****

“Win, dari mas Irwan!,” kata Yana dengan menyerahkan gagang telpon saat aku sedang bersiap-siap pergi makan siang.
“Bilang aja aku ga ada,” bisikku
“Aku udah terlanjur bilang kamunya ada, nih!!!,”
Dengan malas, aku pun menjawab telpon itu, “Halo, ya mas ada apa? Maaf mas saya gak bisa. Saya lagi nunggu customer, bentar lagi datang. Maaf ya mas.” Segera ku letakkan gagang telpon itu dan menghela nafas berat.
“Kenapa sih Win, kamu selalu saja menolak ajakan mas Irwan? Apa kamu gak tau kalo mas Irwan suka sama kamu?,” Tanya Yana yang memperhatikanku sedari tadi.
“Justru hal itu yang tidak kuinginkan.” Gumamku pelan
“Maksudnya??!,” Tanya Yana terheran-heran.
“Sudahlah, gak usah dibahas lagi!,”jawabku dengan berlalu meninggalkannya yang masih kebingungan.
Baru aja kaki akan melewati pintu, tiba-tiba terdengar suara menegur, “Win, mau makan ya? Bareng yuk, aku yang traktir,” ajak Dedi dengan riang.
“Maaf Ded, aku gak bisa. Aku udah janji ama Yana mau nemenin dia cari kado siang ini,”
“O gitu ya,” keriangannya tiba-tiba menguap berganti dengan kecewa.
“Sorry ya Ded, gimana kalo lain kali?,” usulku kemudian, dengan serta merta wajahnya kembali riang.
“OK deh, aku tunggu lho waktunya,” ucapnya dan berlalu pergi.

“Emang aku mau nyari kado untuk siapa?,” Tanya Yana yang ternyata sudah ada dibelakangku.
“Mau makan gratis ga?,” todongku cepat.
“Mau…mau…berangkat sekarang yuk,” ajak Yana dengan semangat.
“ye… giliran makan aja cepat banget jawabnya,” pikirku
“Win, kenapa sih kamu selalu aja menolak cowok-cowok itu? Sebenarnya ada apa?,” Tanya Yana saat kami lagi nunggu pesanan disebuah rumah makan yang agak jauh dari kantor.
“Ga ada apa-apa, Cuma males aja!,”
“Tapi Win….”
“Udah deh, gak usah ngomongin itu, kita makan aja. OK,” kataku cepat.
Sesaat kemudian suara yang sangat familiar terdengar, “Hai Win, Yan,” sapa mas Irwan mengejutkanku dan Yana.
“Hai mas, mau kemana? Kok bisa nyasar sampe sini?,” Yana berusaha ‘melindungi’ keterkejutanku.
“Rencananya sih mau ngajak kalian makan, karena tadi Wiwin bilang customernya udah mau datang, jadi kupikir kenapa gak nunggu disini aja? Eh, ternyata kalian udah ada disini.” Jelas Irwan dengan sumringah.
Wajahku sejenak merah padam karena malu, untung saja mas Irwan tak memperhatikannya karena Yana mengajaknya ngobrol, thanks Yana.
“Kalian atau kalian??!,” goda Yana membuat Irwan salting sejenak.
“Aku duduk bareng disini ya,” Tanyanya meminta ijinku yang sejak tadi terdiam.
Dengan tergagap aku pun menjawab,” Oh…eh, duduk aja gak papa kok,” dan hingga akhir, aku lebih banyak diam dan larut dengan pikiranku sendiri. Aku merasa beruntung dengan keberadaan Yana yang mampu menghilangkan ‘kebekuan’ yang ada.
“Kok kamu tadi banyak diam, padahalkan mas Irwan datang untuk kamu,” Tanya Yana saat kami berjalan kekantor.
“gak usah dibahas ya, kepala ku rada pusing nie,” jawabku malas, Yana hanya bisa terdiam dengan berbagai pemikiran diotaknya.

*****

Suara ketukan dipintu membuatku mengalihkan mata dari buku yang kupegang, “ Gak dikunci!!!,”
Beberapa saat kemudian bapak masuk kekamarku, “Lagi ngapain Win?,”
“Lagi baca buku aja, ada apa pak?,’ seingatku semenjak kami pindah kerumah ini 10 tahun yang lalu, bapak jarang kekamarku hanya untuk pertanyaan basa-basi seperti itu.
Sejenak beliau tampak menarik nafas panjang,”Win, kalo boleh bapak tau, hal apa yang membuatmu belum juga memikirkan masalah jodoh? Padahal kata Yana, dikantor banyak pria yang mendekatimu. Apakah ada salah satu dari mereka yang kamu sukai?”
Hu…lagi-lagi masalah ini.apa aja sih yang udah Yana omongin sore tadi ?, “Ga ada apa-apa sih pak, Win cuma belum mau mikirin masalah ini.’
“Tapi nak, tahun ini kamu akan berumur 28 tahun. Kapan lagi kamu mau memikirkannya?,”
“Pak, tolong…..tolong jangan paksa saya!,”
“Win, bukannya bapak memaksa kamu, tapi kami sebagai orang tua ingin sekali melihat kamu menikah sebelum adik-adikmu,”
Ya Allah…apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku…
“Kemarin Bagus meminta bapak untuk melamar Nita,” sambung bapak lagi.
“Ya udah pak, lamar aja Nita dan nikahkan mereka. Win gak masalah,” sahutku dengan cepat.
“Tapi bapak tidak mau melihat kamu didului oleh adikmu,”
“Pak, tidak ada hadist atau ayat dari Al-qur’an yang memandang dosa jika adik mendahului kakaknya. Bahkan justru menghalangi anak untuk menikah adalah dosa,”
Tiba-tiba Bagus ikut masuk kekamarku, “Kak, tolong ikuti saja keinginan bapak dan mamak. Tolong suruh pacar kakak melamar kakak segera, karena bapak dan mamak tidak mau melamar Nita kalo kakak belum dilamar lebih dulu,” pinta Bagus dengan memohon.
Ya Allah, serumit inikah masalah jodoh dikeluargaku?
“Orangtuanya akan menikahkan Nita dengan orang lain jika saya tidak segera melamarnya,” jelas Bagus lagi.
“Bagaimana kakak mau menyuruh pacar kakak untuk melamar, kalo pacar saja kakak memang tidak punya.” Kataku memberi pengertian pada adikku yang satu ini agar tidak mendesakku sedemikian rupa.
“Gus, kakak ikhlas kamu menikah lebih dulu, kakak rela,”sambungku lagi.
“Mamak tidak setuju Bagus mendahuluimu,” sahut mamak dengan tegas didepan kamarku.
“Mak, tolong ngertiin saya kali ini. Saya benar-benar belum bisa dan belum siap untuk memikirkan hal semacam itu,”
“Mamak tidak mau tau. Kalo kamu mau melihat Bagus menikah, kamu harus menikah lebih dulu, titik.”
Tanpa aku sadari, air mata mulai berjatuhan dipipiku. Sedari tadi aku berusaha untuk bersabar namun sepertinya aku memang harus berterus terang, “Kenapa ga satupun orang dirumah ini yang bisa ngerti apa keinginan saya. Kalian semua harus selalu saya ikuti tanpa bisa saya bantah sedikitpun. Kalian mau tau kenapa saya ga pernah pacaran sampai detik ini?,” sejenak aku memandang kearah mereka semua dengan mata yang memerah menahan amarah.
“Karena saya benci laki-laki. Saya memutuskan untuk tidak menikah sampai kapan pun saat menyadari hidup saya sudah hancur. ‘Harta’ yang saya banggakan sebagai wanita sudah hilang sejak saya SD,” mamak yang telah duduk disebelahku tampak terkejut mendengar pengakuanku.
“Dan kalian terus saja menyuruh saya mencari pendamping. Untuk apa? Untuk dicaci maki? Untuk dilecehkan?. Cukup… kehilangan ‘harta’ sudah membuat saya sakit bertahun-tahun dan saya tidak mau kembali disakiti dengan hal-hal seperti dicaci serta dilecehkan untuk sebuah kesalahan yang tidak saya perbuat,” airmataku mengalir semakin deras dan deras hingga pandanganku mengabur.
Mamak yang menagis sedari awal mendengar penuturanku langsung memelukku, “Katakan nak, siapa yang tega melakukan hal itu padamu? Mengapa kamu menyimpan kepedihan ini sendiri selama bertahun-tahun, apa kamu tidak percaya pada kami keluargamu?,” isak mamak
“maafkan mamak nak, karena selama ini mamak selalu menuntutmu. Maafkan mamak juga karena ternyata mamak sudah lengah tidak memperhatikan dirimu,”sambung mamak dengan perasaan menyesal. Ia benar-benar tak menyangka, aku sanggup memendam ‘luka’ sedalam itu sendirian sekian lama.
Bagus pun tampak terkejut dengan pengakuanku, wajahnya menyiratkan penyesalan karena telah mendesakku hingga akhirnya aku harus mengoyak luka lama yang belum sembuh, bahkan mungkin tidak akan pernah sembuh. Sementara bapak terlihat menunduk dalam-dalam dan menangis tanpa ada yang melihat airmata penyesalannya. Namun, sebanyak apapun airmata penyesalan itu ditumpahkan tetap tidak akan mengembalikan hidupku yang terkoyak dan hancur karena perbuatannya dulu.
Sedangkan aku hanya terdiam dengan airmata terus mengurai, pemandangan 20 tahun silam terpampang dengan jelas dihadapanku dan yang selama ini selalu menghantui tidur malamku. Malam-malam naas yang menghancurkanku.

Jangan Pergi Dariku

Seorang ibu menghalangi niat anaknya yang ingin mempolisikan anak seorang pengusaha yang tak lain temannya semasa SMA karena tlah menodai dirinya.
“urungkan niatmu itu, kita tidak akan pernah mendapatkan keadilan disana atau dimuka bumi ini. Justru sebaliknya, kamulah yang akan disalahkan. Hukum tidak pernah berpihak pada orang kecil seperti kita, ia dibuat hanya untuk mereka yang memiliki uang. Cukup bapakmu saja yang mereka ambil, jika kamu pun harus pergi, ibu tidak akan mampu lagi untuk hidup.” Ucap Ibunya dengan uraian airmata kepedihan. Ingatannya kembali melayang pada peristiwa setahun lalu saat pria kebanggaannya disel dengan tuduhan membunuh, hanya karena ia ikut menguburkan si korban. Suaminya meregang nyawa sesaat mendengar putusan hakim yang menjatuhkan vonis 17 tahun penjara.
“lalu bagaimana dengan nasibku Bu? Bagaimana jika aku hamil?,”
Sang Ibu terlihat menghembuskan nafas berat seakan diantara oksigen itu terdapat duri-duri tajam yang tak terlihat, “Seandainya itu terjadi, berarti kita harus mencari kehidupan ditempat lain.”
“Tapi Bu…..”
“Sudahlah nak, toh kehidupan kita disini pun tidak begitu baik.” Ucap Ibunya membesarkan hati Sumi, anaknya.
Namun percakapan itu sudah tujuh tahun berlalu, jabatan Manager disebuah perusahaan terkemuka, membuat kehidupan Sumi berubah. Sebuah rumah mewah pun tlah berhasil ia bangun.
Walaupun ia selalu terlihat bahagia dan bergelimpangan harta, hatinya selalu perih kesakitan saat matanya melihat sosok mungil yang mengubah hidupnya. Seorang bayi perempuan terlahir dari rahimnya dan membuatnya kehilangan sosok pria yang dicintainya.
Sumi benar-benar membenci anak itu dan tidak mengijinkannya memanggil ibu. Baginya anak itu hanyalah sampah yang dititipkan padanya.
“Kenapa kamu begitu membencinya nak? Atin itu anakmu sendiri, yang selama sembilan bulan berada ditubuhmu.” Setelah sekian lama diam, akhirnya bu Karti mengingatkan Sumi tentang keberadaan Atin.
“Apa ibu lupa, gara-gara siapa kita harus meninggalkan rumah? Dan gara-gara siapa mas Jono pergi ninggalin aku? Apakah semua itu masih kurang bagiku untuk membencinya?,” sahut Sumi dengan histeris.
“Astagfirullah, seburuk apapun peristiwa yang lalu, kamu gak berhak menghakimi Atin seperti itu. Atin tidak bersalah nak, bahkan Atin pun tidak pernah minta dilahirkan. Kamu dan Atin sama-sama menjadi korban.”
Sumi tidak mau mendengar kata-kata ibunya, baginya Atin tetaplah sampah. Kemarahannya seakan memuncak beberapa hari kemudian. Saat Atin tidak sengaja memecahkan piring.
“Kamu ini gimana sih? Kamu pikir nih piring punya moyangmu? Bisa kerja gak sih? Jangan-jangan besok semua barang dirumah ini kamu hancurin.”
Bu Karti yang mendengar ribut-ribut segera kedapur, “Ada apa sih, kok kamu teriak-teriak gitu?,” tanya bu Karti yang baru datang.
“Ibu tanya aja sama anak gembel ini,” sahut Sumi ketus dan berlalu dengan amarah didada.
“Atin, kenapa kak Sumi marah-marah sama kamu dan……lho tanganmu kok berdarah?,” tanya bu Karti tiba-tiba panic melihat darah ditangan Atin.
“Sekarang Atin duduk dulu ya, Ibu obati lukanya.” Dengan segera bu Karti membersihkan luka ditangan Atin yang terkena pecahan piring tadi.
“Biar Atin aja yang bersihin piringnya bu, inikan salahnya Atin,” kata Atin membuka suara saat melihat bu Karti bergegas membersihkan pecahan piring yang masih terlihat berantakan.
Bu Karti tersenyum dengan perasaan yang bergemuruh antara sedih dan kasihan, karena cucunya begitu disia-siakan Sumi, “ Ini bukan salah Atin tapi lain kali kalo lagi kerja harus hati-hati ya jangan melamun. Sekarang biar ibu aja yang bersihin piring-pirng ini, Atin istirahat aja dulu. “ Atin terdiam dan memperhatikan bu Karti yang selalu berbuat baik padanya.
Merasa diperhatikan seperti itu bu Karti menoleh, “ Tangan Atin sakit?,” tanya bu Karti dengan nada khawatir.
Atin hanya menggeleng namun matanya menyiratkan sebuah sesuatu yang sulit ditebak. “Terus Atin kenapa? Kok ngeliatin ibu seperti itu?,”
“Ibu selalu baik sama Atin, Atin sayang ibu,” bisiknya lirih hampir tak terdengar namun tak urung membuat bu Karti yang mendengar jadi tersenyum.
“Ibu juga sayaaaaaaaaaang banget sama Atin.” Kecupan dan pelukan hangat pun langsung menghujani Atin.
Sementara dipojokan sana, Sumi melihat adegan itu dengan amarah yang semakin menyala-nyala, “ Sialan tu anak, dia sudah mengambil ‘hidupku’ dan sekarang mau mengambil ibuku juga? Takkan kubiarkan, tunggu aja dan lihat apa yang bisa kuperbuat !!!,” ancam Sumi dalam hati dan tangannya terlihat semakin mengepal menunjukkan kemarahannya.
Hari mulai beranjak sore saat Sumi bersiap-siap untuk berbelanja, “ Mau kemana Sum?,” tanya ibunya yang sedang menonton.
“Mau belanja bu, ibu mau nitip?,” tanya Sumi dengan sopan.
“Bisa nitip beliin baju untuk Atin?,”
“Duh ibu, bisa gak sih Atin gak disebut dalam pembicaraan kita sekaliiiii aja? Capek Sumi ngedengernya, seakan-akan ibu lebih sayang sama dia ketimbang sama Sumi.”
“Sumi, kamu gak boleh ngomong gitu. Walau bagaimana pun Atin itu tetap anak kamu, darah dagingmu.” Bu Karti benar-benar gak habis pikir dengan tingkah Sumi, sebegitu bencinyakah ia pada anak yang pernah sekian lama berada ditubuhnya.
“Iya deh bu…..iya, Sumi minta maaf. Atin ikut saya aja, soalnya Sumi gak tau ukurannya.” Akhirnya Sumi pun mengalah dengan ibunya.
“Ibu gak jadi nitip, nanti biar ibu sendiri yang beli dipasar.”
“Jangan gitu dong bu, Sumi kan udah minta maaf. Sumi janji gak bakal marah-marahin Atin selama perjalanan. Ya anggap aja permintaan maaf Sumi atas peristiwa siang tadi.” Sumi memasang wajah bersalah dihadapan ibunya dan membuat ibunya menjadi luluh.
“Baiklah, tapi kamu harus pegang janjimu,” bu Karti pun mencari Atin dikamar dan kembali beberapa menit kemudian bersama dengan Atin disampingnya. “ Atin ikut kak Sumi beli baju ya, baju Atin kan udah mulai kekecilan,” Atin tampak takut-takut melihat kearah Sumi sebelum mengangguk.
Selama perjalanan, Sumi lebih memilih diam karena ia tlah berjanji tidak akan memarahi Atin selama perjalanan.
“Kak Sumi, maafin Atin ya kalo selama ini Atin suka nakal dan bikin kak Sumi marah.” Suara Atin yang bergetar terdengar memecah keheningan diantara mereka.
Namun Sumi tetap tak bergeming, pandangannya lurus kejalan, “Atin janji, Atin gak akan nakal dan gak bikin kak Sumi marah-marah lagi,” sambung Atin lagi dengan sesekali melirik kearah Sumi yang lebih memilih diam seakan tak mendengar apapun.
Suasana kembali hening, hingga beberapa saat kemudian sebuah mobil dari arah depan keluar jalur dan hampir menabrak mereka, membuat Sumi membanting setir kearah kiri untuk menghindarinya namun sebuah pohon menghentikan ‘pelarian’ Sumi.
Tiba-tiba semua menjadi gelap, ditengah kegelapan Sumi berusaha bangkit dan mencari cahaya. Sebuah tangan mungil menggenggamnya erat, menuntunnya ketitik cahaya tanpa sepatah kata pun.
Sumi melihat senyum Atin kala mereka keluar dari kegelapan. Senyum itu terlihat tulus dan manis membuat perasaan Sumi terasa nyaman. Atin melepaskan genggamannya dan berjalan menjauhi Sumi, “ Atin, kamu mau kemana? Ayo sini kita sama-sama pulang kerumah. Atin….. Atin…….” Teriakan Sumi tak digubris, Atin tetap berjalan meninggalkan Sumi dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya.
“Atin….Atin…. “ teriak Sumi hingga ia terbangun dengan bu Karti yang terisak disisnya.
“Ibu kenapa nangis? Sumi ada dimana bu? Atin…Atin dimana bu?,” tanyanya kebingungan mendapatinya disebuah ruangan dengan dominasi aroma obat.
“Atin masih di ICU, kalian tidak sadarkan diri dari lima hari yang lalu,” sahut ibunya disela isak tangisnya.
Lambat laun ingatan Sumi tentang kecelakaan mulai kembali. “ Bagaimana keadaan Atin bu? Apakah ia terluka parah? Apakah ia juga sudah sadar?,” tanya Sumi dengan panik, membuat bu Karti sedikit heran dengan perubahannya.
“Atin masih koma dan belum sadarkan diri, luka yang dialaminya lebih parah.”
“Bu, tolong antarkan Sumi kesana, Sumi mau lihat keadaan Atin. Tolong bu,” pinta Sumi dengan deraian airmata. Karena keadaan Sumi mulai membaik maka bu Karti pun mengantarkan Sumi masih dengan keheranan.
Disana, Atin tergolek lemah dengan mata tertutup, dihiasi selang dihidung dan selang infus serta acecoris mengerikan lainnya yang menempel ditubuh mungilnya.
“Atin, kamu dengar ibu nak, ini ibu sayang. Maafkan ibu karena tlah menyia-nyiakanmu selama ini. Ibu janji gak akan marah-marah lagi dan akan menyayangimu. Tapi ibu mohon nak, kamu harus bisa bertahan, kamu harus kuat dan bangun. Ibu mohon, beri ibu kesempatan untuk menebus semua kesalahan ibu. Atin….. bangun nak, ini ibu sayang.” Bisik Sumi di telinga Atin. Bu Karti yang mendengar semua itu hanya bisa meneteskan air mata pilu.
“Ya Allah, berikanlah aku kesempatan kedua untuk menyayangi Atin, anakku, darah dagingku.” Ucap hati Sumi penuh harap.

Kamis, 22 April 2010

LUV U

“Ca kapan nih sang pangeran ngejemput lo?,” tanya sasi iseng saat mereka menunggu bis di halte.
“Gimana dia mau ngejemput klo ampe sekarang aja dia ga ngerti-ngerti ama sinyal yang gue kirim. Heran gue, jangan-jangan IQ tu cwok jongkok lagi!!!”, sahut Oca dengan BT
Sudah beberapa bulan ini Oca berusaha PDKT dengan awan, mulai dari mgejailin ampe muji-muji awan langsung didepan yang bersangkutan. Ntah kenapa Awan tidak pernah beraksi lebih dari tersenyum dan hal ini membuat Oca semakin gregetan.
“Mungkin usaha lo kurang keras kali!!”,
“Batu kalee keras. Gue usdah ngelakuin semua hal dan menurut gue itu udah sangat-sangat menjurus, bahkan gue pernah bilang kalo dia itu superhero yang selalu membanu gue saat susah.... eh bukannya ngerti, tu bocah malah senyum-senyum doang”, sewot Oca jengkel. Orang-orang sekitar mereka tersenyum-senyum meliat wajah Oca yang terlihat lucu dengan kejengkelannya.
“Ca, biasa aja dong ekspresinya. Lo ga nyadar apa, orang-orang ngeliatin lo?!”, kata sasi setengah berbisik.
Masih dengan ekspresi kesal, Oca melirik kesekitarnya, “Ga pernah ngeliat orang cantik BT ya mbak?!”, kata Oca saat menangkap basah wanita disebelahnya sedang ‘melotot’ padanya. Wanita tadi terkejut dan tersenyum kecut sebelum pergi meninggalkan Oca yang masih memandanginya.
“Sadis banget sih lo!!! Tapi walopun Awan Cuma senyum-senyum doang, lo tetep suka kan ama dia?”, goda sasi dengan menjawil dagu Oca.
“Ya gitu deh....kadang gue juga ga habis pikir, kenapa gue bisa suka ama mahluk seperti itu. Apa jangan-jangan gue dipelet lagi?”
Sasi menggeleng geleng heran dengan pemikiran temannya, “eh bu...lahir taon kapan? Masih percaya gituan, lagian apa yang mau dipelet dari lo? Lo itu kan ibarat timbunan lemak berjalan”, kata Sasi dengan pedes.
Oca seketika terdiam, “ Kok gue baru sadar ya?,” sahut Oca hampir tak terdengar.
“Maksud lo??!”
“Mungkin selama ini Awan bukan ga ngerti dengan semua sinyal tolol gue, tapi dia emang ga pernah punya rasa ama gue selain rasa pengen muntah!”, kata Oca dengan mata yang berkaca-kaca.
“Sedihnya ntar aja non, bisnya udah datang tuh. Buruan naik ntar ga dapet tempat duduk”, kata Sasi menarik tangan Oca.

*****

“Wan boleh pinjam laptop lo ga? Gue janji Cuma semalam doang. Gue udah nanya ke yang laen tapi mereka juga lagi pada make,” tanya Oca dengan penuh harap saat Awan masuk kelas.
“emang laptop lo kenapa?”,
“tau tuh laptop gue tiba-tiba ga bisa idup gitu!”
“Bener nih Cuma semalam?,” Oca mengangguk cepat, “tapi besok jangan lupa dibalikin ya, soalnya gue harus ngerjain laporan.” Dalam sekejab laptop Awan pun berpindah ke tangan Oca.
“thx ya Wan, gue janji besok udah dibalikin,” Awan hanya mengangguk dan berjalan keluar meninggalkan Oca.
“Laptop baru Ca? Bukannya laptop lo yang kemaren masih bagus? ,” tanya Sasi keheranan melihat laptop Oca yang berubah merk dan warna.
“Punyanya Awan,” jawab Oca singkat tanpa mengalihkan pandangan dari laprop awan.
“Apa?!? Punya Awan, emang punya lo rusak? Perasaan kemaren ga kenapa-napa kok,”
“emang laptop gue ga kenapa-napa, punya gue baek-baek aja kalo lo mau pake ambil aja tuh di tas,”
“trus kenapa lo pake punya Awan kalo punya lo sendiri ga rusak?!,”
“Sasi....lo itu berisik banget sih. Lo lupa, ini kan salah satu cara gue untuk PDKT ama doi,” Sasi hanya mengeleng melihat usaha Oca yang tak kenal lelah.
Tiba-tiba, “Sas...laptopnya kok gini?,” tanya Oca dengan panik. Sasi melihat apa yang terjadi dan berusaha untuk membantu, gambar dilayar laptop itu semakin lama semakin mengecil dan ...hilang sama sekali.
“Aduh Ca, gue ga ngerti yang beginian. Lo sih pake pinjem-pinjem segala, kalo orangnya minta ganti gimana?,”
“Bukannya ngebantuin, lo malah bikin gue makin panik.” Oca terlihat semakin kebingungan, tanpa pikir panjang ia segera menelpon seseorang.
“Halo...Wan ini gue Oca. Lo dimana?, gue kesana sekarang, lo jangan kemana-mana.”
“Ayo Sas, lo harus nemenin gue ke kantin,” tarik Oca cepat tanpa menjelaskan apapun pada Sasi.
“Kenapa Ca? Kok kayaknya penting banget,” tanya Awan saat saat bertemu Oca dan Sasi.
“Wan gue minta maaf ya, jujur gue ga ada niat untuk ngerusak laptop lo. Tadi gue Cuma ngetik doang, ga ngebuka yang laen-laen kok, Sasi saksinya, ya kan Si!?!,” Sasi hanya mengangguk ditodong seperti itu,
“trus gambar dilaptop lo semakin lama semakin kecil trus mati. Gue udah coba untuk hidupin tapi ga mau nyala. Maaf ya wan laptop lo jadi rusak gara-gara gue, tapi gue bersedia kok ngebayar biaya servicenya. Lo tinggal bilang aja ke gue,” cerocos Oca seperti petasan banting dengan raut wajah bersalah.
“udah selese ngomongnya?,”
Oca menatap Awan keheranan, “kok reaksinya gitu doang, masa sih ga marah?”
“tenang aja kalee Ca, tuh laptop kadang emang suka gitu, paling setengah jam udah normal lagi,” kata Awan menjelaskan dengan cueknya seakan tidak ada hal parah yang terjadi.
“Kenapa lo diem aja, tau gitu gue ga bakal panik kayak tadi. Untung gue ga kenapa-napa, nah kalo gue jantungan....lo mau tanggung jawab???,” sahut Oca dengan BT.
“wah, kumat nih si Oca....sewotnya!!!,” pikir Sasi yang sedari tadi hanya diam.
“Gimana gue mau ngomong, kalo dari tadi lo nyerocos mulu kaya petasan, ga pake titik koma gitu,” seru Awan dengan terkekeh.
“Gue ga jadi pinjem deh….. daripada gue panic trus jantungan.” Laptop Awan pun dikembalikan kepada siempunya.
“Kalo mo pake, bawa aja. ‘penyakitnya’ bentaran doang kok.”
“Ga ah, daripada ntar tambah rusak, gue lagi yang disalahin. Gue balikin aja deh, thanks ya... yuk Si,”Oca kembali menarik Sasi untuk segera menjauh.
“Ca, lo dari tadi narik-narik gue mulu deh. Emang gue binatang piaraan!!!,” protesnya kemudian.

*****

“Wan, gue denger tulisan lo ada yang dimuat dimajalah. Kapan nih acara traktirannya, ya minimal coklat 2 batang….. yang gede dong pastinya.” Sapa Oca saat bertemu Wawan.
“Siapa yang bilang?,”
“Ah… udah deh ga usah ngeles. Ya itung-itung lo amal ama kaum duafa kayak gue, ya ga?!,” lagi-lagi Awan hanya tersenyum dan berlalu pergi.
“Ye…tu anak diajakin ngomong, malah maen nyelonong boy aja,” sewot Oca yang ditinggal sendiri.
“Ca kekantin yuk, gue laper nih, bu Wina ga masuk kok.” Ajak Sasi dengan menarik tangan Oca yang terlihat bengong.
“Kenapa sih Ca?, gue lihat tadi lo bengong aja, kurang sajen lo semalam?,”kata Sasi saat menunggu pesanannya.
“Sajen, pala lo bau menyan. Tadi itu gue habis malak Awan, bukannya ngejawab ya atau ga, dianya malah maen pergi-pergi gitu aja.”
“Lagak lo tuh ya udah kayak preman aja. Emang lo minta apaan sih?,”
“Gue Cuma minta ditraktir doang kok atau kalo dia ga bisa, gue minta coklat 2 batang yang guede. Eh…dianya cuma senyam-senyum doang trus pergi. Gimana gue ga BT?!,”
“Eh…jaga tu muka. Kesel sih kesel tapi biasa aja dong mukanya.” Ucap Sasi mengingatkan kejadian dihalte beberapa waktu lalu.
“Bodo amat ah, pokoknya gue kesel!!!,”
“Lo tuh aneh, katanya lo BT tapi kok masih aja mau ngegebet dia?,”
“Gue juga ga tau. Kalo boleh jujur, dia itu bukan tipe gue banget. Tapi semakin gue piker, gue semakin kepincut ama dia,” Oca menghembuskan nafas dengan berat.
“Heran gue, apa sih yang gue suka dari dia?,” sambung Oca lagi.
“Itu sih namanya jatuh cinta. Cinta ga perlu alasan kuat saat ia mendatangi manusia.” Kata Sasi lagi sambil menyantap bakso pesanannya.
Belum lagi Oca sempat menimpali, seseorang dari belakang memanggilnya, “Ya ampun Ca, ternyata lo disini. Gue tuh nyariin lo dari tadi.”
Awan!!! “Ngapain lo nyari-nyari gue?,”
“Kan lo minta coklat, ya udah gue beliin, mumpung inget, eh begitu gue balik lo udah ga ada,”
“Bukannya lo yang maen pergi ninggalin gue, ya mana gue tau lo beli coklat. Lo sih maen pergi aja,” sungut Oca melampiaskan kekesalannya.
Awan cuma senyam-senyum aja sebelum mengatakan,” Jadi coklatnya mau ga?,”
“Ya mau lah, orang bego aja yang ga mau dikasih coklat.”
Sasi langsung melotot seraya berkata, “Maksud lo apa Ca?!,” Oca langsung menyadari kalo dia salah ngomong.
“Maksud gue, orang bego aja tuh yang ga mau ditraktir, ya kan Wan!,” jawab Oca dengan gugup dan lagi-lagi Awan cuma tersenyum melihat tingkah Oca yang gugup.
“Eh Wan, gue tuh nanya, jawab dong. Jangan senyum-senyum mulu, lo ga punya perbendaharaan kata-kata ya? Setiap ditanya senyum-senyum mulu. Heran gue,” semprot Oca kesal melihat Awan senyum mulu.
“Udah deh Ca, sensi amat sih dari tadi. Gue ngerti maksud lo, tapi awas kalo lo salah ngomong lagi. Btw, lo bawa apaan nih untuk gue, masa cuma Oca yang dibeliin coklat, gue ga?,”
“Emang lo mau coklat juga?,”
“Gue ga suka coklat. Ehm, gimana kalo lo ngebayarin makan gue aja. Kebetulan gue belum bayar nih,”
Awan mengangguk setuju, dan mengalihkan pandangannya pada Oca, “Lo mau makan juga Ca?,”
“Ga ah, gue masih kenyang, gue mo makan coklat aja. Btw, makasih ya coklatnya.”
“sama-sama,”


*****

Awan langsung memisahkan diri dari teman-temannya saat melihat Oca, “Ca, Sasi kemana? Kok beberapa hari ini ga keliatan?,”
“Napa? Lo kangen? Dia lagi sakit tuh. Gue sih rencananya ntar siang mau jenguk. Lo mau ikutan, itung-itung gue bisa hemat ongkos angkot kalo lo ikut.” Jawab Oca cuek sambil melirik Awan yang lagi-lagi tersenyum.
“Eh, gue butuh jawaban lo bukan senyuman lo!!!,” sewot Oca.
“kenapa sih Ca, klo sama gue lo sewot mulu, katanya gue superhero gue. Tapi kok lo marah-marah mulu ke gue?,”
Oca menghembuskan nafas berat, “Lo emang superhero gue, tapi kalo lo lagi ga ngeselin gue.”
“Kenapa sih Ca, lo sering banget kesel am ague?.”
“Karena lo ga pernah ngerti sinyal yang gue kirim ke lo.” Oca langsung terdiam tak percaya dia mengucapkannya.
Wajah Awan menunjukkan ketidakmengertian, “sinyal? Sinyal apa Ca?,”
“Lo dari tadi nanya mulu. Terakhir kalinya gue nanya, lo mau ikut ga kerumah Sasi?,”
“Iya..Iya gue ikut,” jawab Awan tak lupa dengan senyumnya, membuat Oca merasa bersalah dengan sikap kasarnya tadi.

*****

“Si, ada yang kangen sama lo tuh, selama lo ga masuk?!,” kata Oca saat tiba di rumah Sasi.
Sasi mengkerutkan keningnya, “Siapa Ca?,”
“Tuh si Mr Smile!,” tunjuk Oca pada Awan yang duduk didepan mereka. Sasi hanya menggeleng melihat Oca, “Oca.. Oca.. katanya demen, tapi kok bawaannya jutek mulu,” sementara yang diomongin lagi-lagi hanya tersenyum.
Mereka pun berbincang-bincang seputar masalah kampus, kurang lebih 2 jam kemudian Oca dan Awan pamitan.
“Wan, antar Oca sampe rumahnya ya, awas kalo lo nurunin dia ditengah jalan, sepi pula.” Kata Sasi bercanda.
“Sasi, apaan sih lo? Emangnya gue anak kecil.” Sahut Oca langsung meninju perut Sasi.
“Ya, gue ngerti kok.” Sahut Awan tak lupa senyumnya menyungging dibibir.
“Ca, mampir kewarung dulu ya, gue laper nih.” Kata Awan memecah keheningan diantara mereka diatas motor.
“bayar masing-masing atau lo yang traktir?,” Tanya Oca cepat.
“Gue traktirlah, kan gue yang ngajak.”
“OK, kalo ditraktir kenapa ga?!,” jawab Oca senang.
“Ca, lo kalo lagi ga jutek, manis juga ya!,” lirik Awan dari spion motornya.
Oca mendengus kesal namun hatinya terlonjak, “ Lo ngerayu gue?,” tanyanya dengan jutek.
“ng… ngga kok gue ga ngerayu, lo emang manis kalo ga jutek.”
“Bisa ga lo lebih perhatiin jalannya, karena gue ga mau kita makan dirumah sakit,”
“Sasi… lo harusnya ada disini dan ngedenger semuanya….. si IQ jongkok bilang kalo gue manis!!!!!.”
Tidak lama kemudian mereka tiba disebuah warung yang ga terlalu ramai, karena jam makan siang memang telah berakhir. Saat mereka menunggu, seorang pengamen belasan tahun mendatangi meja mereka. Awan yang menemukan sebuah ide membisiki pengamen kecil ini. Tiba-tiba meluncurlah lagu ‘menunggumu’ milik Ridho yang lagi ramai digandrungi.
Oca mendelik terkejut. “Stop… Stop…” pengamen tadi langsung berhenti ,” lo nge-request lagu ini? Maksud lo apa?,” kata Oca mulai sewot karena lagu yang dinyanyikan pengamen tadi.
“Aku… mau ngomong sesuatu ke kamu. Tapi….. aku ga tau gimana mulainya. Jadi….aku minta adik ini untuk dinyanyiin lagu itu untuk mewakili perasaanku.”
“Aku…Kamu?!,”
“Maksud lo???,”
Awan tidak langsung menjawab, ia memberi beberapa lembar uang ribuan pada pengamen tadi, setelah mengucapkan terima kasih, pengamen itu beranjak pergi. “Oca… aku ga tau harus mulai darimana? Aku…aku…a…ku…suka sama kamu,” akhirnya Awan dapat menyelesaikan kalimatnya. Sebuah kalimat ‘ajaib’ yang ditunggu Oca selama ini.
“Jujur….. aku tau yang kamu maksudkan dengan ‘sinyal’ dan aku ngerti semua artinya, tapi…aku terlalu takut untuk mengungkapkannya. Ntah kenapa?,” Oca hanya terdiam tak percaya ‘kedoknya’ terbongkar.
“Aku cuma ingin adik tadi membantuku menyatakan perasaanku, namun ternyata aku salah memilih lagu. Maaf ya,” Awan menunjukkan wajah bersalahnya bagaikan mengakui kejahatannya mencuri ayam tetangga, sementara Oca masih terdiam.
“Pertama kali kamu bilang kalo aku superhero mu, aku benar-benar bahagia. Namun lagi-lagi, aku tidak bisa menunjukkannya padamu dan setiap kali kamu memerlukan bantuanku, aku merasa sangat senang…..”
Oca tiba-tiba memotong pembicaraan Awan dengan jutek, “Intinya lo mau ngomong apaan? Dari tari ngomong ngalor-ngidul ga jelas ujungnya.”
Awan terlihat semakin gugup,” Aku…aku…”
“Ngomong yang jelas dong, dari tadi aku…aku…”
Bukannya meneruskan omongannya, Awan justru memanggil adik pengamen tadi yang sedang berjalan keluar warung dan kembali membisikinya, “Yakin ka? Ntar dimarahin lagi lho!!! ,” Awan hanya mengangguk menyakinkan pengamen tadi.

Pilihlah aku jadi pacarmu, yang pasti setia menemanimu, jangan kau salah pilih yang lain, yang lain belum tentu setia, jadi pilihlah aku

Oca hanya tersipu mendengar lagu tadi, sementara Awan kembali memberikan upah pada adik tadi, usai mengucap terima kasih anak itu pun pergi berlalu.
“Jadi gimana Ca?,” Tanya Awan penuh harap. Seseorang membawakan pesanan mereka sebelum Oca sempat menjawab.
“Lo kan laper. Kalo gitu kita makan dulu aja,” jawab Oca berusaha acuh.
“Sasi….. kenapa lo harus sakit disaat yang salah,” teriak hati Oca girang.
Mereka pun makan dalam diam dan sesudahnya mereka langsung beranjak pergi.” Ca, gimana? Kan kita udah selese makan!,” Tanya Awan dengan lugunya
“Udah, jalan aja dulu,” jawab Oca singkat.
“Sasiiii…… lo harus dengerin gue. Gue ditembak Si….” Teriak hati Oca.
Dalam perjalanan, Oca tiba-tiba melingkarkan lengannya pada pinggang Awan. Awan terkejut dan reflek menoleh. “Ga usah toleh-toleh, perhatiin aja jalannya jangan sampai kita tiba dijalan TPU gang kubur,” sahut Oca dengan tersenyum dan menjatuhkan kepalanya pada punggung Awan. Awan kembali memperlihatkan senyumnya hanya kali ini terlihat lebih bahagia.
“Tuhan, terima kasih Kau tlah membuka hati orang ini.” Bisik hati Oca.