ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Kamis, 25 November 2010

cintailah apa adanya

Sebut saja dia Dini, suami Dini adalah seorang insinyur. Awalnya Dini menyintai sifat Danu yang alami dan sebuah perasaan hangat akan muncul ketika ia bersandar dibahu Danu yang bidang.

Tiga tahun masa perkenalan dan dua tahun masa pernikahan, mulai membuatnya lelah. Alasan-alasan awal ia menyintai Danu kini telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Dini seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Ia merindukan saat-saat romantis seperti sorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu itdak pernah didapatkannya, karena Danu jauh berbeda dari yang diharapkannya. Rasa sensitive yang kurang dan ketidakmampuan Danu dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan membuat Dini ‘mementahkan’ semua harapan akan cinta yang ideal.

Suatu hari Dini memberanikan diri untuk mengatakan keputusan terbesar kedua dalam hidupnya setelah pernikahan, yaitu perceraian.

“Mengapa?,” tanya Danu terkejut tak menyangka Dini akan mengajukan hal itu.

“Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang ku inginkan,”

Danu terdiam dan termenung sepanjang malam didepan komputernya seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan Dini semakin bertambah, “bila seorang pria tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya?,” pikir Dini kemudian.

“Apa yang bisa dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu?,” tanya Danu dengan berharap perceraian itu tidak terjadi.

Dini menatap mata Danu dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “aku punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya didalam hatiku, aku akan merubah pikiranku.” Danu terdiam menunggu pertanyaan apa yang akan diajukan padanya.

“Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada ditebing gunung dan kita berdua tau jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan tetap melakukannya, mengambilkan bunga itu untukku?,”

Danu termenung beberapa saat sebelum menjawab, “aku akan memberikan jawabannya besok,” Hati Dini langsung berubah gundah mendengar respon Danu.

Keesokan paginya, Dini tak menemukan suaminya didalam rumah, hanya selembar kertas dengan goresan tangan Danu dibawah sebuah gelas berisi susu hangat.

Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mu. Tapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.

Kalimat pertama ini cukup menghancurkan hati Dini, namun ia melanjutkan bacaan berikutnya.

Kamu bisa mengetik di computer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor, aku harus memberikan jari-jari ku untuk membantumu dan memperbaiki programnya.

Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan kaki ku untuk mendobrak pintu dan membukakan pintu itu agar kamu bisa masuk.

Kamu suka jalan-jalan keluar kota, tapi selalu nyasar ditempat-tempat baru yang kamu kunjungi, sementara aku harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mataku untuk mengarahkanmu.

Kamu selalu pegal-pegal saat ‘teman baikmu’ datang tiap bulannya, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang pegal.

Kamu senang diam dirumah, dan aku selalu merasa khawatir kamu akan menjadi ‘aneh’, dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu dirumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.

Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.

Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

Tapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, aku tidak akan sanggup melihat airmatamu mengalir menangisi kematianku.

Sayangku, aku tau ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu, jika semua yang telah diberikan tangan, kaki, dan mataku tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahanmu mencari tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.

Air mata Dini terjatuh di kertas hingga membuat tintanya menjadi kabur, tapi dia berusaha untuk terus membacanya,

Dan sekarang, kamu telah selesai membaca jawaban ku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini dan tetap menginginkanku untuk tinggal dirumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.

Tapi jika kamu tidak puas, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.


Dini segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri didepan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan Dini.

“Kini aku tau, tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku,” bisik hati kecil Dini.

(ya Allah aku jatuh cinta : burhan sadiq)

Tidak ada komentar: