ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Senin, 15 Oktober 2012

Kakek berusia 10 tahun

penyesalan sering datang belakangan, pelajaran sering terlambat kita pahami, tapi masih lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

 
Di bawah sebuah pohon yang rindang, tampak sekelompok anak-anak sedang menyimak pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Di antara anak-anak itu, terlihat seorang kakek duduk di sana.
Seusai pelajaran, seorang pemuda dengan penasaran menghampiri dan bertanya kepada si kakek, “Kek, apakah kakek seorang guru?”
“Bukan…, aku bukan seorang guru. Aku juga sedang belajar, sama dengan anak-anak itu.”
“Lho, memangnya, berapa umur kakek?”
“Umur kakek tahun ini, tepat 10 tahun.”
“Ah…, kakek bercanda! Perkiraanku, umur kakek sudah 70 tahunan…”
“Ha ha ha, tebakanmu benar! Bila dihitung dari saat kakek lahir hingga kini, umur kakek memang 70 tahun. Tetapi, 60 tahun yang telah dilewati jangan dihitung. Yang benar-benar dapat dihitung adalah kehidupanku sepuluh tahun terakhir ini.”
Si pemuda menunjukkan wajah kebingungan. Ia pun bertanya, “Apa artinya, Kek?”
Sambil menghela napas panjang si kakek menjawab, “Sejak kecil sampai usia 20 tahun, yang seharusnya waktu terbaik untuk belajar, tetapi kakek sibuk bermain dan bersantai. Karena semua kebutuhan hidup telah disediakan berlimpah oleh orangtua kakek.”
Kakek itu melanjutkan, “Kemudian 20 tahun berikutnya, waktu yang seharusnya untuk mengejar karir dan berjuang, kakek malah menggunakannya untuk berfoya-foya-menghamburkan harta yang diperoleh dengan susah payah oleh orangtua kakek. Dan 20 tahun ketiga, waktu yang seharusnya untuk mengumpulkan tabungan sebagai persiapan pensiun di masa tuaku, malahan kakek gunakan untuk pergi tamasya, menghabiskan sisa harta yang masih ada. Semua hanya untuk mengejar kesenangan sesaat. Coba, kamu pikir, bukankah 60 tahun telah kulewati itu sia-sia? Tidak ada satu pun yang kupelajari.”
“Lalu bagaimana dengan sepuluh tahun terakhir hidup kakek?”
Dengan mata berkaca-kaca si kakek bertutur, “Sepuluh tahun terakhir aku sadar, 60 tahun hidup dilalui tanpa makna, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita… Sungguh hidup yang sia-sia, tidak berguna. Saat sadar, kakek sudah hidup sebatang kara dan tanpa harta. Untuk hidup pun harus ditunjang dari belas kasihan orang lain. Anak muda, jangan meniru kehidupan seperti yang telah kakek jalani! Karena waktu adalah modal utama paling berharga yang dimiliki oleh setiap manusia. Pergunakanlah baik-baik untuk belajar dam berusaha! Efektivitaskan waktumu pada tujuan yang jelas, dan berjuang meraih keberhasilan. Maka kelak di hari tuamu, kamu akan menjalani kehidupan ini dengan bangga dan bahagia.”

berapa usia kita saat ini?

(www.annida-online.com)

Jumat, 03 Agustus 2012

Hampir seminggu lamanya account email baru dibuka, rasanya sudah bertahun-tahun dianggurin gitu aja (ekekekekek lebay dot co dot aidi deh :P )

baru buka ternyata eh ternyata ada sebuah email dari Anne Ahira yang isinya sangat inspiratif banget (menurut ku pribadi :D)

biar yang lain pada bisa baca dan kebagian ilmunya, nih aku bagi dimari ya, monggo disimak baik-baik  ^_~


Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila
dihadapi dengan tenang, dan bijak
serta berjuang terus pantang mundur,
dan diiringi doa yang tulus!

Setiap tantangan dan rintangan adalah
cambuk untuk memotivasi kita mencapai
kemajuan dan kemenangan.

Pepatah mengatakan:

"Kehidupan bukanlah jalan yang lurus
dan mudah dilalui di mana kita bisa
bepergian bebas tanpa halangan.
Kehidupan seringkali berupa
jalan-jalan sempit yang menyesatkan,
di mana kita harus mencari jalan,
tersesat dan bingung! Sering rasanya
sampai pada jalan tak berujung.
Namun, jika kita punya keyakinan
Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan,
pintu pasti akan dibukakan untuk
kita. Mungkin bukan pintu yang selalu
kita inginkan, namun pintu yang
akhirnya akan terbukti, terbaik untuk
kita!
" - A.J. Cronin


Saat kita menjelang dewasa, hidup
memang tidak selalu indah.
Lihatlah, langit pun tak selalu cerah,
suram malam kadang tak berbintang.
Itulah lukisan alam. Itulah aturan
Tuhan.

Hidup adalah belajar. Belajar untuk
menyelesaikan setiap teka-teki yang
sudah disiapkan oleh-Nya untuk kita.
Yang terpenting adalah, dalam kondisi
apapun, lakukanlah selalu yang
terbaik yang kita bisa.


Seberat apapun masalahmu kawan,
sekelam apapun beban dalam hidupmu,
janganlah engkau berlari, apalagi
sembunyi!

Temuilah Dia dengan lapang dada dan
bersihnya hati. Yakinlah, dengan
KESABARAN, kita akan bisa bertahan
dari segala badai cobaan.

Saat engkau mendapati masalah,
yakinlah, sebenarnya engkau tengah
dipersiapkan-NYA tuk menjadi sosok
yang tegar & berani.


/////////////////////////////////////////


Jika tulisan di atas dirasa bermanfaat, tolong beritahu teman-teman
alamat ini:  http://www.AnneAhiraNewsletter.com - Gratis! :-)

Jika ingin berteman dengan saya, bisa juga lewat facebook:
http://www.facebook.com/Anne.Ahira.Asian.Brain

Tunggu email-email dari saya berikutnya setiap 6 hari sekali.
Mudah-mudahan setiap tulisan saya membawa manfaat.

Sahabatmu,
Anne Ahira
Founder of www.AsianBrain.com

Jumat, 27 Juli 2012

ribetnya punya boss killer

episode boss killer I:

situasi 1: telp aktif tapi ga diangkat ama siempunya.

A (aku)   : ga diangkat pak (laporku setelah beberapa kali mencoba)

B (Boss) : ya coba terus dong sampe diangkat. (ucap pak boss dengan ketus + ngebanting gagang                                 telp)

situasi 2: telp mailbox (ntah online or memang ga aktif

A : mailbox pak!!!
(setelah mendengar laporanku, pak boss langsung menutup telp dengan kasar,namun tidak lama kemudian boss kembali menelpon)

B : Kamu coba lagi dong, paling juga masih online bentar. gimana sih kamu ini?
(tetep, dengan suara yang ketus + langsung nutup telp dengan ngebanting gagang telp)

situasi 3 : telp diluar jangkauan


A : diluar jangkauan pak!

B : ya coba aja terus!!! (telp langsung ditutup seperti biasa, dengan kasar)

belum lagi kalo pak boss mendapatiku melakukan kesalahan. huuu..... kemarahannya akan meledak seketika dan seandainya doi kuat ngangkat mobil, mungkin aku sudah berkali-kali masuk RS bersamaan dengan mobil yang masuk bengkel karena ringsek. 
 

Episode boss killer II :


sebuah surat beramplop coklat ukuran A3 datang dengan tujuan bpk. Wiliam (bukan nama sebenarnya). karena pak wiliam lagi keluar kota + celularnya gaaaaaaa bisa dihubungi sama sekali selama seharian, akhirnya aku memberikannya pada orang terdekatnya (sebut saja) Roni.

A : pak ini ada surat untuk pak wiliam, saya kurang tau isinya apa? tadi pak Wiliamnya saya               hubungi tapi ga bisa-bisa.
R : aku bawa aja, ntar kukasih ke pak Wiliam kalo dia datang.

dan akhirnya ku berikanlah amplop coklat itu pada pak Roni. namun beberapa hari kemudian, dipagi hari yang cerah ceria, seorang wanita yang tidak lagi bisa disebut muda, menanyaiku masalah surat yang kuterima sehari sebelumnya. 

karena aku adalah gadis yang jujur, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung so pasti dong ya aku jawab sebenar-benarnya, kalau tu surat udah ku titip sama Roni.

ajaibnya, hari yang tadinya cerah ceria syalalala berubah jadi petir yang menyambar-nyambar disertai angin kencang dan gemuruh guntur bersahut-sahutan gara-gara wanita yang tidak muda lagi itu langsung marah-marah, seolah-olah omongannya itu nggak keluar dari tenggorokan (saking menyakitkannya tuh omongan)

pufh, nasib-nasib..... *geleng-geleng# mode on*
sudah takdir anak buah kali ya untuk selalu menjadi tempat curahan kemarahan boss, walaupun terkadang melakukan hal yang benar tapi kalau menurut si boss itu salah maka akan tetap tidak ada nilainya di mata doi....  :(

intinya kembali kepasal 1, : "Boss Selalu Benar"




Mendengar Suami Membawa Berkah

barusan buka email dan dapat kiriman dari seorang teman, yang menurutku penuh dengan makna edukasi. jadi aku bagi aja dimari. mudah-mudahan bisa bermanfaat :)

Saat saya menulis ini, saya sedang berada
di Mega Kuningan Jakarta, tepatnya di
apartment Oakwood yang memiliki
lantai 46. Saya sendiri tinggal di lantai 12
bersama suami tercinta.

Saya di sini hanya sementara, 1 bulan
saja, karena sedang menyelesaikan
sebuah projek di Jakarta.

Kemarin malam, saya mengajak suami
untuk pulang ke Bandung pagi-pagi
setelah sahur, saya bilang ingin
melakukan 'spa' di Bandung di tempat
langganan saya. Seperti biasanya
kalau untuk kenyamanan isterinya,
suami tercinta pasti mengatakan 'iya'.

So, malam harinya saya pun siap-siap,
mempersiapkan segalanya untuk pulang
ke Bandung pagi-pagi.

Tapi, tadi pagi suami tiba-tiba
bilang "My love I am sorry, I feel
lazy to drive this morning, I 
don't know why!", dia bilang
tiba-tiba malas nyetir dan tidak tahu
kenapa.

Selama pernikahan dia tidak pernah
bilang 'malas nyetir' untuk saya,
apalagi dia tahu saya sudah
siap-siap. Bayangkan saya sudah
gaya-gaya, pakai sepatu, ambil tas,
dll. Tiba-tiba dia malas pergi.

Saya punya 2 pilihan, mau ngomel atau
nurut saja? Akhirnya saya pilih nurut
saja. Saya bilang "That's okay honey,
we'll do it some other time".

Tahukah teman, 2 jam kemudian apa
yang terjadi? Ada seorang office boy
yang sedang bersih-bersih kaca
dari lantai 40-an, JATUH dan berhenti
tepat di depan kaca jendela apartment
saya. Dia menggelantung
memegang tali pakai tangan kanannya
dan mengetuk jendela pakai tangan
kirinya.

Saya dan suami kagetnya setengah
mati, melihat orang menggelantung
dengan satu tangan persis di depan
kamar kami. Duk..duk...duk...duk...
keras sekali dia mengetuk saking
ketakutannya. Dengan ketakutan
dia bilang "Tolong buka, saya mau
jatuh". 

Suami saya langsung nelpon ka front
office, karena jendela pintu dikunci
dan kita tidak diberi kuncinya. Kaca
cukup tebal untuk dipecahkan. Petugas
Oakwood berlarian ke kamar kami.
Perlu 7 orang untuk menarik office boy
itu ke dalam ruangan kamar kami.

Subhanallah, Allah Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Maha pembuat skenario
untuk keselamatan seseorang.

Bayangkan, jika saya memilih untuk
ngomel, mungkin suami akan pergi juga
ke Bandung bersama saya. Tapi saya
memilih mendengar dan diam.

Dan kini saya paham, Allah memberi
'kemalasan' pada suami agar bisa
menyelamatkan sebuah nyawa
hari ini.

Jika orang tua dulu selalu bilang:
"Dengarkanlah suamimu, dan engkau
akan masuk surga".

Nah, hari ini yang terjadi:
"Dengarkanlah suami, agar ia bisa
menyelamatkan office boy". :-)

Bagi saya hari ini, mendengarkan
suami benar-benar membawa berkah,
bahkan terjadi keajaiban berikutnya. 

Just sharing...

Temanmu,
Anne Ahira

Founder of www.AsianBrain.com

Podeng Pelangi KejuMooo

abis ngulik-ngulik si inet dan menemukan resep yang kelihatannya mudah dari situs kejumoo :D

nih disimak dan dibaca ya resepnya, kalau buat tolong yang banyak terus kirim ke akyu yow :P

selamat mencoba :)



Podeng Pelangi KejuMooo

Bahan-bahan:
80 gr tepung hunkwe
1 bks agar-agar bubuk
250 gr gula pasir
240 ml santan
720 ml air
60 gr Keju Kraft Cheddar, parut
100 gr kelapa muda
2 sdm susu kental manis cokelat
20 gr meises warna-warni

Cara Memasak

  1. Campur tepung hunkwe, agar-agar, gula pasir, santan, dan air sampai rata. Masak sambil diaduk sampai mendidih. Angkat.
  2. Letakkan kelapa muda dan Keju Kraft Cheddar dalam cetakan. Tuang rebusan hunkwe.
  3. Masukkan susu kental manis cokelat dan meises di atasnya.
  4. Dinginkan dalam lemari es. Sajikan.
Untuk 15 buah

Sabtu, 02 Juni 2012

Nikah oh nikah....


Siapa bilang menikah itu mudah?
Kalau pun ada yang ngomong kek gitu pasti orang itu idiot.
Mudah dari mana coba?
Sekarang pikir deh! Pertama, orang nikah itu kudu punya duit yang banyak (ini nih yang paling utama banget). Buat bayar jujuran, buat beli konsumsi, buat beli pakaian, undangan, souvenir, dan tetek bengek lainnya termasuk yang ‘ecek-ecek’ macam kertas tempelan untuk nama tamu, buku tamu dll dkk.
Kedua, calon mempelai juga harus lapor sana-sini dan melengkapi dokumen-dokumen dari mulai RT kelurahan ampe kecamatan. Fuih… kalo cepet aja sih nggak papa ya, yang sering kejadian malah di kelurahan ato kecamatan suka numpuk-numpuk nggak jelas dan akibatnya suka lama prosesnya. Padahal kalo nggak ada surat-surat itu mereka kan nggak bisa nikah sementara orang sono malah males-malesan kerjanya.
Ketiga, mungkin ini rada gampang kali ya, ditingkat ini orang-orang yang mau nikah itu katanya kudu disuntik apaan gitu, nggak ngerti juga aku :P. setelahnya mereka juga diharuskan untuk buat foto gandeng, maksudnya foto berdua gitu tapi bukan yang close up gitu loh yah. Pose mereka layaknya untuk foto katepe gitu, tegang-tegang gimanaaaaa getoh :P.
Keempat, ya tentu aja nyari penghulu plus ngapalin kata-kata ijab Kabul. Nggak mau kan dikemplang calon mertua kalau sampe ngga apal?
Pokoknya ya kurang lebih begitulah ribetnya kalau mau nikah itu. Kalau ada yang bantuin sih nggak kerasa berat, tapi kalau semua harus dilakukan sendiri, mulai dari cari bahan kain pengantin sampe pesan undangan plus milih penghulu, pasti deh kebayang gimana repot bin ribetnya kegiatan itu.
Kayak siang tadi yang kulakukan, padahal aku cuma nemenin terus ngasih-ngasih masukan gitu buat adik tersayang yang akan melepas masa lajangnya. Tapi sumpah, baru gitu aja aku udah ngerasain gimana ribetnya dan susyenye jadi calon mempelai.
Panas-panasan jalan kaki dari satu toko kain ke toko kain yang lain, mana perut sedari pagi belum keisi makanan, belum lagi ngerasain dehidrasi sampe tenggorokan rasanya kering kerontang.
Penderitaan belum selesai sampe disitu, aku masih harus ngasih komen tentang mana kain yang cocok dengan dia mulai dari atasan ampe bawahan. Padahal, asli aku tuh nggak ngerti banget-banget masalah fashion. Pakaian yang ku pake aja acak kadut dengan sistem cabutan dari lemari, eh malah disuruh berpendapat ckckckck….
Paling parah, kain udah dipotong eh nggak taunya duit adikku tersayang nggak cukup, sementara dianya nggak ada punya ATM. Jadilah aku kelimpungan sendiri morat-marit sana sini nyari pinjaman buat ngebayar tu kain.
Berpikir keras cari duit kemana, akhirnya aku harus balik lagi ke kontrakan buat ngambil duit dari temen. Mana macet dimana-mana, sementara jarak dari toko kain ke kontrakan lumayan jauh (apalagi kalau jalan kaki). Begitu nyampe, tempat pertama yang kutuju adalah kulkas. Tenggorokanku bener-bener menjerit minta aer.
Begitu dapat uang, langsung deh balik lagi ketoko tempat adikku bersemayam sementara. Waktu dijalan, adik tersayang sms katanya, ‘pinjem aja sekalian 500 soalnya masih banyak lagi yang harus dibeli.’
Hufh, kebayang dong gimana empetnya diriku. Udah siang-siang tengah hari bolong menembus kemacetan, dilanda haus yang dahsyat, eh malah disuruh nyari duit sebanyak itu. Aje gile, minjem 150 aja muka ini harus ditebal-tebalin karena rasa malu yang ampun-ampunan apalagi harus nambah pinjaman lagi… capek deh…
Begitu dekat toko, aku sms adik tersayang dan mengabarkan kedatanganku. Nggak perlu nunggu lama, dia langsung keluar menyambut kedatangan kakaknya yang paling cantik ini (ya iyalah, secara aku kan kakak cewek satu-satunya yang dia miliki didunia ini :P).
“Kamu kan tadi sudah ku kasih kode-kode, kamu sih nggak ngerti-ngerti,” cerocosnya lengkap dengan wajah lelah dan laparnya.
“Memangnya masih mau beli apa lagi sih? Kok banyak banget nyuruh minjemnya,” lirih kami berbincang sambil terus berjalan masuk toko menuju kekasihnya yang masih memilih-milah kain untuk gaun pengantinnya nanti.
“Aku tuh belum makan. Nih duitnya kamu aja yang bayar, masukkan kedalam tasmu aja,”
dua lembar uang merah senilai seratusan ribu disodorkannya, secepat kilat tanganku menyambar kertas rupiah itu.
“Mana nih orangnya?,”
“Tuh disana masih nyari kain untuk bawahannya,” tunjuk adikku tersayang dan didepan sana seorang gadis berjilbab ungu tengah sibuk didepan setumpuk kain.
Setelah membayar kain, aku berbisik sama adik tersayang, kalau aku mengajak dia untuk istirahat sekaligus makan siang dirumah acil (tante) aja, dengan maksud biar lebih irit. Dan uang 50rb satu-satunya milikku, kupindahkan ketangannya cepat karena tak ingin membuatnya merasa malu dihadapan sang kekasih. “Buat beli bensin,”
Huuu, ditengah jalan tadi waktu aku balik kekontrakan, hatiku menjerit kencang, bahwa aku nggak akan mau nikah seribet itu. Kalau kelak aku harus nikah, aku lebih milih nikah di KUA aja dan setelahnya syukuran kecil-kecilan. Hehehe selain hemat pastinya nggak perlu ribet njelimet nggak karuan kan ;P.
Ini adalah kali pertama aku ngerasain ribetnya nyari bahan buat baju pengantin, kalau sebelumnya aku cuma nemanin temen minta surat keterangan dari RT aja, selanjutnya dia sendiri yang ngurus kekelurahan hingga kekecamatan aku mah hanya mendengar ceritanya dia aja :D. dan kesimpulan dari semua kegiatan itu adalah RIBET NJELIMET BIKIN MUMET. Langsung ngerasa kapok walau bukan aku yang ngalami ;P. 

Rabu, 28 Maret 2012

salah satu cerita pilu dari dari negeri para koruptor

Seorang lelaki setengah baya, tubuh kurang lebih 167 cm dan berperawakan tambun tengah memandangi jalan raya yang terbentang dihadapannya. Kepalanya menggeleng-geleng layaknya mendengar musik ajeb-ajeb ala klub malam.
Lelaki yang nampak lebih muda datang dan menepuk bahu lelaki sebelumnya. “Ada apa tho Gun? Kok kepala mu itu seperti orang kena ayan.”
Guntur, lelaki setengah baya yang ditepuk tadi menoleh terkejut. “Kamu Wan. Itu loh, coba lihat.”
 Iwan mengikuti arah telunjuk Guntur, diseberang jalan sana nampak sekelompok orang bermandikan lumpur karena aktivitas gali menggali. Dahi Iwan berkerut tak lama kemudian, “Tidak ada yang aneh, biasa-biasa aja.”
“Kalau dilihat sekilas memang tidak ada yang aneh. Tapi coba kamu ingat-ingat, setiap kali ada perbaikan jalan nggak lama kemudian pasti ada kegiatan menggali lubang. Ntah itu Telkom, PLN atau telpon selular, pokoknya ada-ada aja.” Tukas Guntur bernada protes. Mimiknya terlihat lucu bila sedang serius.
Kepala Iwan terangguk-angguk, ia mulai mengerti apa yang tengah mengganggu pikiran temannya.
“Mereka itu seperti sedang bermusuhan dan tidak senang melihat yang lainnya berhasil. Setiap kali jalan sudah bagus dan bener, nggak lama kemudian pasti hancur lagi gara-gara galian. Selain itu yang bikin jalan ancurnya makin ampun-ampunan, para penggali itu nggak mau nutup lagi lubang yang mereka buat setelah selesai pekerjaan. Alhasil, lubang tadi jadi tempat bergenangnya air dan membuat lalu lintas terganggu.” Sambungnya lagi.
Guntur menghela nafas, matanya memandang sedih kedepan sana. “Kapan ya pemerintah itu bener-bener mikirin nasib kita? Kalau mereka nggak mau mendengar jeritan kita, seenggaknya mereka tidak merusak fasilitas.”
Iwan menepuk-nepuk pelan punggung kawannya itu. Ia sendiri cukup prihatin tapi seperti yang lain, ia pun tak tahu harus berbuat apa.

Keadaan negara ini benar-benar semakin kacau balau. Koruptor merajalela dimana-mana dan memeras keringat orang kecil hanya untuk memenuhi perut mereka. Pemerintah pun tidak pernah peka terhadap kesengsaraan rakyat. Hanya disuatu waktu mereka akan sedikit peka, yaitu saat pemilihan atau pencalonan. Selebihnya mereka akan kembali ke habitat mereka, menjadi parasit.

Memang sudah nasib rakyat kecil, dari masa ke masa hanyalah untuk jadi permainan orang-orang berduit dan pemerintahan.


Jumat, 20 Januari 2012

curhat seorang jomblo akut


Jadi jomblo nggak selamanya menyenangkan. Beberapa buku (bahkan banyak) sering ‘mengatakan’ jomblo adalah anugerah, dimana kamu bisa ngelakuin banyak hal tanpa harus mengkhawatirkan perasaan pasangan.
Dititik itu, semua benar. tapi sadarkah para penulis itu, bahwa setiap kebaikan akan selalu diikuti keburukan. Begitu juga dengan status jomblo. Disamping menyenangkan, sebuah rasa menyakitkan selalu mengintai setiap saat dan kapan saja ada peluang, ia akan muncul kepermukaan.
Menjadi jomblo adalah takdir namun bukan kutukan. Jomblo akan terasa menyakitkan bila orang-orang sekitarmu selalu membicarakan tentang gebetan, pacar dan mantan pacar (yang masih setia menanti mereka a.k.a CLBK) selama 24 jam penuh.
Mereka bercerita tanpa mempedulikan sedikit pun perasaan seorang jomblo yang melongo dengan mupeng plus berliuran (iuh… parah banget kan?!) disebelah mereka. Belum lagi hal yang diceritain selaluuuuuuu itu lagi-itu lagi.
“Ih, aku tuh benci banget sama A. omongannya nggak bisa dipegang, plin-plan gitu deh. Makanya aku putusin dia.”
Baru dengar sepenggal kalimat ini aja si jomblo disebelah langsung berpikiran, ‘wuidih, hebat banget nih cewek. Tegas gellllaaa,’ seraya memandang takjub.
Eh, belum setengah jam ngomongin si A, tu cewek cerita lagi sambil jari-jarinya terus aja mencet-mencetin HP kayak noyor kepala anak tetangga yang buandel. “Tadi malam aku nangis loh, asli baru kali itu aku nangis gara-gara cowok. Kata-katanya itu dalam banget,”
“Memangnya dia ngomong apa? Pasti menyakitkan. Dia kan kalo ngomong memang gitu,” timpal seorang teman yang nota bene juga mantan cowok gebetan tu cewek.
Sampai disini si jomblo masih bengong dan melongo ngedengerin pembicaraan ngga mutu itu. Status si jomblo saat itu bagaikan obat nyamuk.
“Nggak ada yang tau kata-katanya, cuma aku aja yang tau,” sahut tu cewek dengan bangganya. (ya iyalah secara dia yang sms-an ama tu cowok,  gimana yang lain bisa tau coba?). tapi nggak perlu lama-lama menunggu, tu cewek langsung cerita panjang X lebar perihal penyebab dia mengeluarkan airmata (Bombay?!)
Ntah mereka sadar atau nggak atau memang nggak peduli, didekat situ ada teman mereka yang menderita jomblo akut, yang mau tidak mau harus mendengarkan obrolan itu. Sebuah obrolan dengan tema dan judul yang selalu sama setiap harinya. Sampai-sampai si jomblo hapal nama-nama cowok yang mereka rumpiin.
Mau tidak mau, suka tidak suka, si jomblo harus menelan ‘pil pahit’ itu bulat-bulat.
Menyandang status jomblo ternyata nggak semudah mencukur bulu ketek, yang tinggal ambil alat cukur dan langsung dapat memangkasnya hingga bersih.
Jomblo, ibarat jalan setapak berliku nan licin menuju puncak gunung tertinggi yang apabila salah langkah sedikit saja maka akan tergelincir (menjadi lesbi? @_@ ) wkwkwkwkw….
Jomblo juga seperti makanan paling nggak enak sedunia tapi harus tetap dimakan kalo nggak mau mati kelaparan.
Dan sadar atau tidak, bila seorang jomblo sudah merasakan tanda-tanda diatas bisa dipastikan dia sudah memasuki tahap yang menjengkelkan. Ada beberapa cara halus yang bisa dilakukan si jomblo untuk ‘menyentil’ teman-temannya yang tak berperasaan itu agar mereka dapat mengerti kemalangan si jomblo tersebut.
Pertama, dengan menggantung karton didepan dada yang bertuliskan, “Please, kasihani pengidap jomblo akut disebelah kalian.”
Atau
“Kesenangan kalian adalah kesengsaraan kami para jomblo.”
Atau yang sedikit ekstrem, begitu orang-orang tak berperasaan itu memulai cerita dengan topik yang sama,  langsung deh obrak-abrik isi rumah. Mulai ngeberantakin cucian kotor, mecahin piring-piring, ngeluarin baju-baju dalam lemari terus ngelempar lemarinya ke orang yang lagi lewat didepan rumah (salah sendiri, jalan nggak liat-liat suasana hati si empunya rumah).
Nah, kalo teman-teman yang tak berperasaan tadi menanyakan sebab perlakuan barbar tadi dengan ekspresi takut dan bingung, baru deh dijawab so so so santai, “Mau nyari cowok, biar bisa ikutan nimbrung bareng kalian. Ya kali aja diantara barang-barang itu ada cowok yang lagi ngumpet.”
The last but not least, manusia ternyata benar-benar makhluk yang nggak memiliki rasa puas. Terbukti dari cerita-cerita yang sering mampir ditelinga, setiap kali mereka menemukan satu aja kelemahan dalam diri si cowok, udah……. Itu artinya game over untuk hubungan mereka.
Ckckckck kalo dipikir-pikir mana ada sih manusia yang sempurna. Semua pasti punya kelemahan. Ntah yang bibirnya manyun, hidungnya bengkok, matanya timbilan dll dsb.
Tapi begitulah cara pandang anak muda jaman sekarang (tentu aja yang selalu eksis meng-update pacar-pacar mereka). Sementara yang berpredikat jomblo akut nan lumutan, masih aja jalan ditempat, celingak-celinguk memandangi sekeliling kalo-kalo ada tangan melambai yang memanggil (untuk nanya alamat palsu?!).







Ada-ada saja tingkah para pejabat untuk mencari uang. Dari mulai menyunat dana rakyat hingga terang-terangan menggunakan uang dari rakyat untuk kenyamanan hidup mereka. Sementara rakyat terus-terusan disuruh bayar pajak.
Kabar yang terbaru dari para anggota dewan adalah renovasi ruangan rapat dan toilet yang serba wah. Untuk ruangan rapat sendiri menghabiskan 20,3 miliar uang rakyat. Sebenarnya ruangan rapat itu sendiri masih sangat layak untuk digunakan dan tidak harus direnov. Kecuali, tentu saja kalau ruangan itu bocor (yang kalau hujan bakalan basah), dindingnya sudah retak sana-sini, pokoknya sudah uzur gitu deh. Nah ini, ruangan masih bagus, belum ada cacat dimana pun tapi udah main renov-renov aja.
Bukan hanya renovasinya saja yang menelan biaya besar namun perabot-perabotnya pun impor dan pastinya mahal geellllaaaa. Kursi dan mejanya sendiri barang impor dari Jerman, lampu penerangnya ada 4 buah (@ 250 juta), belum lagi televisi-televisi berlayar LED, karpet seharga 5 juta per M2 (sementara ruangan itu ukurannya 10 X 10 m2), dinding panel berteknologi peredam suara, serta perangkat teknologi informasi dan tata suara lainnya.
Sementara untuk renovasi toiletnya masih belum santer terdengar, kemungkinan biaya renovasinya lebih kecil makanya gaungnya nggak gitu terdengar. Tapi apa pun itu, tetap aja (aku menyebutnya) mubazir, sesuatu yang belum pantas untuk diganti malah sudah dibongkar sana-sini.
Konon katanya, para pejabat adalah wakil rakyat dimana mereka lah yang bertugas menyampaikan aspirasi dan suara rakyat. Mereka dipilih karena rakyat menghormati dan menganggap mereka jauh lebih berpendidikan serta pandai. Namun yang terjadi justu sebaliknya, para pejabat, yang mungkin awalnya ‘lurus’ berubah menjadi seorang berengsek tidak baik, ntah karena silau oleh rupiah atau mereka ‘digigit vampir’ yang sudah lebih dulu menduduki kantor dewan.
Rakyat yang seharusnya menjadi prioritas terpaksa harus berjuang sendiri menyelesaikan masalahnya. Lihat saja, saat beberapa kota tergenang air 1,5-2 meter bahkan ada yang dikabarkan meninggal, tapi para pejabat yang ngakunya wakil rakyat malah sibuk dan terus saja disibukkan oleh urusan perut mereka.
Belum lagi masalah pendidikan yang benar-benar menyedihkan, dimana anak-anak harus belajar dibawah bangunan bobrok yang sewaktu-waktu akan roboh dan sebagian lainnya harus belajar didapur salah seorang guru.
Dan yang sudah sekian lama terdengar namun selalu diabaikan adalah masalah perbatasan yang apabila dicaplok Negara lain, para pejabat akan ramai-ramai menghujat, padahal sebelum-sebelumnya mereka selalu adem ayem nggak peduli dengan keadaan daerah perbatasan yang beberapa diantaranya benar-benar terisolasi tanpa akses kemana-mana.
Konon katanya lagi nih, pajak adalah uang dari dan untuk rakyat. Tapi kenyataannya pajak adalah uang dari rakyat dan untuk pejabat demi memakmurkan kehidupan mereka. Dan rakyat…… “I don’t care lah, yang penting perutku kenyang, garasiku penuh aneka mobil, uang melimpah diberbagai bank dan bisa belanja apa pun,” ucap pejabat dengan lantang dan tertawa terbahak-bahak.
Ironis memang, tapi itulah yang terjadi di Negara kecil yang kita cintai ini. sebuah Negara yang tinggal menunggu kejatuhannya saja bila tidak ada orang-orang jujur didalamnya. Orang-orang yang benar-benar bisa membasmi praktek korupsi sekecil apa pun itu, bukan malah orang-orang yang plin-plan dan suka memberikan janji-janji busuk.

Orang bijak taat pajak, uang pajak untuk makan pejabat Negara

Miskin adalah Anugerah


Weeeekkkk….. anugerah?
Nah loh, kok bisa gitu? Bukannya kalau miskin itu identik dengan kekurangan, terus dimana letak anugerahnya?
Pasti itulah yang terbersit dibenak ketika mendengar ada yang mengatakannya.
Hehehe sebenarnya mau kaya, miskin, pendek, kurus, atau gemuk semua adalah anugerah. Andai manusia itu selalu bersyukur. Namun yang terjadi, orang-orang justru lebih suka menganggap kaya, cantik, pintar dsb itulah yang dinamakan anugerah, sementara yang sebaliknya malah dikatakan kesialan.
Sebuah pertanyaan normal dan sering diajukan, terdengar biasa namun memiliki makna begitu dalam. “Apa semua orang kaya dan berduit selalu merasa bahagia?,”
Orang (yang mungkin kelas bawah) akan langsung berteriak lantang. “Tentu saja, mereka punya uang, bisa membeli apa pun yang diinginkan,”
Ok, jawaban itu nggak sepenuhnya salah. Tapi juga nggak sepenuhnya  benar.
Rakyat jelata berhak dan boleh menjawab seperti itu karena mereka memang hidup serba kesusahan dan kekurangan. Dalam benak mereka, seandainya mereka memiliki uang maka mereka akan membeli atau mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Tidak perlu merasakan kelaparan karena nggak ada makanan, rumah bocor bila hujan, nggak dikejar-kejar penagih hutang. Pendek kata, hidup terasa damai.
Tapi benarkah seperti itu?
Sebenarnya menjadi kaya dan banyak uang tidak menjamin seseorang selalu merasa bahagia.
Nggak percaya?
Yuk kita tengok kebelakang sejenak.
Berapa banyak orang kaya yang berhasil me-manage uang dan harta bendanya?
Berapa banyak orang kaya yang bisa tidur nyenyak tanpa harus memikirkan maling yang mungkin ‘menyatroni’ rumahnya?
Berapa banyak orang kaya yang punya berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar uang namun tidak merasa kesepian?
Semua jawabannya bisa dihitung dengan jari. Sebagaimana yang sering kita dengar, diluar sana sebagian besar para pecandu narkoba atau miras kebanyakan adalah mereka yang berekonomi menengah keatas. Hal ini menggambarkan (menurutku pribadi) mereka tampak galau dan nggak tau harus ‘membuang’ uang mereka kemana.
Orang-orang kaya meskipun sebagian besar uang mereka tersimpan aman di Bank, namun tak dipungkiri rasa was-was sering menghampiri. Benak mereka membayangkan orang-orang yang gelap mata menguras isi rumah dan mengambil barang-barang berharga lainnya yang dapat diuangkan. Bahkan seringkali media memberitakan kasus pencurian yang disertai pembunuhan.
Banyak orang memiliki materi namun selalu kesepian, karena suami atau orang tua terlalu sibuk mencari dan menimbun rupiah, hingga lupa dengan keluarga yang menanti dirumah. Secara langsung atau tidak, hal inilah yang mengakibatkan perselingkuhan dan anak-anak terjerumus kedalam pergaulan bebas tanpa batas dengan niat mencari perhatian  yang tidak didapatnya dari keluarga.
Satu lagi, yang mungkin sering terlupakan oleh kita semua. Orang kaya selalu kebingungan untuk menu makanan mereka sehari-hari, sementara orang tidak mampu tidak pernah peduli dengan jenis makanan yang akan mereka konsumsi, bagi mereka yang terpenting adalah makanan itu mengenyangkan dan memberikan tenaga untuk mereka.
Sebuah ‘anekdot’ terkenal mengenai dua jenis orang ini :
Orang kaya bertanya : Dimana lagi kita makan hari ini?
Sementara orang miskin : Apa lagi yang bisa kita makan hari ini?
Dan para pejabat Negara bertanya : Siapa lagi yang akan kita makan hari ini?
Bercita-cita menjadi kaya, boleh-boleh saja. Nggak ada yang larang. Tapi harus ingat juga bahwa kaya belum tentu bahagia.

Yup, benar. miskin adalah sebuah anugerah seandainya orang-orang mau memikirkannya secara mendalam.
Lalu bagaimana dengan kamu sendiri? Masihkah kamu merasa miskin adalah sebuah kutukan yang harus diakhiri?   ^_^

poligami. lagi-lagi poligami


Satu lagi kisah dari banyak kisah yang kutemukan di sekitar hidupku tentang poligami yang memilukan dan salah kaprah.
Seorang wanita yang tidak lagi muda, berusia ± 40an, harus hidup bersama 3 orang anaknya yang masih kecil-kecil.  Sementara sang suami, tertawa-tawa bahagia dalam pelukan wanita lain yang nota bene adalah istri barunya.
Belum lagi keresahannya akan hidup sendiri menghidupi ketiga anaknya selesai, ia  pun masih harus berpusing-pusing ria manakala si sulung mengalami cedera. Pangkal lengannya membengkak gara-gara menabrak tiang besi net disebuah lapangan ketika sedang bermain-main..
Wanita ini begitu panik melihat bengkak yang membesar ditangan sang buah hati, dan karena terkendala biaya, ia harus puas memeriksakan kesehatan anaknya di puskesmas daerah setempat.
Bisa ditebak,  bagaimana peningnya wanita itu ketika menghadapi persoalan yang begitu pelik. Karena selain memikirkan biaya pengobatan untuk sang anak, ia juga masih harus  ‘bergelut’  dengan urusan makan sehari-hari yang sebelumnya juga sudah begitu sulit.
Suaminya?  Ntah, apakah lelaki itu mendengar kesusahan istrinya namun cuek saja karena masih asyik dengan status  pengantin barunya atau memang benar-benar tidak tau menahu tentang anaknya.
Membicarakan masalah poligami sama seperti ngomongin cewek, nggak pernah ada habis-habisnya untuk selalu dibahas. Selalu saja ada hal ‘menarik’ didalamnya. Ibarat bawang yang meski kulitnya tipis namun banyak lapisan yang dapat dikupas.
Agama memang tidak melarang poligami, namun meskipun tidak dilarang syarat-syarat nya pun berat bahkan sangat berat. Salah satunya, adil. Bagi sebagian orang menganggap enteng syarat utama ini. dibenak mereka adil berarti tetap menafkahi kebutuhan istri sebelumnya. Hanya itu, tidak lebih. Padahal, adil yang dimaksud disini lebih dari itu.
Apakah adil namanya bila seorang lelaki memberi ‘tunjangan’ yang sama besarnya setiap bulan sementara istri yang satu memiliki anak 5 dan istri yang lainnya memiliki 1 anak saja?
Tidak, itu bukan adil tapi justru penyiksaan.
Ya, penyiksaan secara tidak langsung. Sekarang coba pikir, misal perbulan seorang pria memberikan uang belanja dan pendidikan perbulan masing-masing Rp. 1.000.000,- . untuk istri yang memiliki satu anak saja pasti akan sangat mudah mengatur dan menggunakan uang tersebut karena yang dibiayai hanya satu orang anak plus satu suami.
Sementara untuk istri yang memiliki 5 orang anak, pastilah akan keteteran dan kebingungan, memikirkan bagaimana caranya agar uang yang ada cukup untuk biaya makan selama sebulan dan biaya sekolah anak-anaknya yang 5 orang tadi.
Dua contoh diatas hanyalah segelintir dari kesalah kaprahan pelaku poligami, diluar sana masih begitu banyak contoh-contoh lain yang mungkin saja lebih memiriskan hati dan perasaan.