ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Rabu, 17 Agustus 2011

youtube oh youtube

Sebuah video seorang dukun membaca mantera diiringi kepulan asap kemenyan, beredar luas di internet. Judulnya pun mengejutkan dan membuat pengunjung bergidik ngeri “Menyantet anggota dewan”
Lelaki tua dengan rambut gimbal panjang sebahu tampak membaca mantera-mantera sambil sesekali meludah pada boneka-boneka jerami dihadapannya. Setiap boneka tertempel kertas berisi nama anggota dewan yang konon katanya menyetujui pembangunan gedung baru DPR. Ntah mantera dan bahasa apa yang diucapkan, tidak terdengar jelas. Lagu Alam yang berjudul ‘Mbah Dukun’ menjadi soundtrack video ini, walaupun terdengar tidak cocok namun masyarakat tetap menyukainya.
Sosok fenomenal ini dalam sekejab menggemparkan masyarakat. Beragam reaksi diperlihatkan, dari yang mengganggapnya lucu-lucuan hingga yang beranggapan lelaki ini mampu mewakili jeritan hati mereka.
“Lucu banget, idenya kreatif dan benar-benar menghibur,” jawab seorang mahasiswi ketika wartawan berita TV swasta menanyakan pendapatnya tentang video itu.
Sementara ditempat lain, seorang pria paruh baya dengan profesi supir angkot justru terkesan, “Saya mendukung sekali aksi orang itu, ya siapa tau dengan begitu orang-orang yang ngakunya wakil rakyat itu bisa lebih memperhatikan nasib rakyat. Daripada uangnya dibuang-buang kayak gitu, padahal belum tentu mereka becus ngurusin rakyat, kan mendingan dikasih kerakyat aja sebagai modal usaha,”
“Bapak sudah pernah liat videonya?,” tanya si kuli tinta lagi.
Lelaki tadi nyengir dan memperlihatkan deretan gigi yang kekuningan, “Liat langsung sih belum pernah mas, cuma dengar-dengar dari cerita penumpang,” sahutnya sembari tersenyum malu-malu.
Dan masih banyak lagi komentar-komentar senada, namun lebih banyak yang menyatakan terharu dan setuju dengan aksi dukun ini untuk ‘menyadarkan’ anggota dewan dari keserakahan meraka.
Beberapa hari kemudian berita-berita di televisi kembali ramai oleh sosok dukun misterius. Lelaki itu ternyata jauh lebih muda dan lebih rapi dari penampilannya di video. Ia mengaku bernama Irsyad dan masih tercatat sebagai mahasiswa seni tingkat akhir disebuah perguruan tinggi ibukota. Sejak identitas sidukun terbuka, para insan pertelevisian khususnya bagian berita berbondong-bondong dan berlomba-lomba mengundangnya untuk tampil secara on air ditelevisi, bahkan jika on air tidak memungkinkan bagi Irsyad, mereka menawarkan wawancara via telpon.
“Apa yang mendorong anda membuat video ini? Apakah ingin mengikuti jejak para pendahulu yang berhasil menjadi entertainment atau memang ingin menyampaikan sebuah pesan, seperti yang diungkapkan sebagian besar masyarakat diluar sana?,” seorang wanita berparas ayu dan berpenampilan rapi, tengah mewawancarai Irsyad yang telah hadir distudio TV Cuap-cuap.
Yang ditanya melempar senyum sejenak, “Cenderungnya sih memang untuk menyampaikan pesan Mbak, dan kalo pun ada nilai-nilai lebih yang lainnya, ya saya anggap saja itu sebagai anugerah,” jawabnya dengan tenang tanpa terlihat gugup sedikit pun.
“Masyarakat luas mengatakan bahwa dibalik aksi anda tersembunyi sebuah pesan, sebenarnya pesan apa yang ingin anda sampaikan? Dan bagaimana awalnya anda bisa menemukan ide sekreatif itu ?,”
Irsyad menarik nafas sejenak seakan sedang mengatur kata-kata, “Awalnya mungkin karena merasa geram dan gerah mendengar dewan terhormat begitu berobsesi untuk membuat gedung yang baru sementara kalo kita liat gedung yang ada saja masih layak pakai, jadi buat apa membangun gedung baru yang notabene berasal dari uang rakyat? Saya sempat berfikir, mungkin para anggota dewan matanya sudah buta tertutup materi hingga tidak mampu lagi melihat bahwa diluar sana masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan.” Ungkapnya berapi-api.
“Bisa dikatakan anda ingin meneriakkan suara hati masyarakat banyak? Begitu?,” Mbak pembawa berita berusaha menegaskan kandungan pesan dari video yang dibuat Irsyad.
“Begitulah Mbak,” senyum tak lepas dari bibirnya.
“Lalu mengapa anda memilih ‘bentuk’ seorang dukun yang sedang membaca mantera? Mengapa tidak memilih, mungkin, tikus berdasi yang sedang dikejar kucing? Atau apa?,” Mbak yang mewawancarai Irsyad terkekeh ketika memberikan saran yang lain.
“Dinegara kita ini kan Mbak, mistik masih menjadi hal yang begitu dominan dalam kehidupan. Jadi saya bermaksud ‘menyentil’ mereka dengan hal yang biasa terjadi dimasyarakat namun menyeramkan.”
Wanita tadi mengangguk-angguk dan tersenyum mendengar penjelasan yang cukup sederhana tapi erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat. “Anda sendiri apa memang memiliki ‘ilmu’ layaknya dukun seperti yang anda lakukan di video itu?,”
Irsyad tertawa seraya menggeleng,”Sama sekali nggak ngerti dan nggak tau,”
Pembaca berita ikut tertawa mendengarnya, “Jadi anda benar-benar hanya akting?,” tanyanya seakan tak percaya.
Irsyad terkekeh dan mengangguk, “Iya Mbak,”
“Wah kalo gitu akting anda jago dong ya! Jangan-jangan sebentar lagi anda akan mengikuti jejak para artis youtube dan mendapatkan tawaran untuk muncul dilayar kaca,”
“Sebenarnya bukan itu yang dicari, saya lebih fokus dalam penyampaian pesan saja. Kalo yang lainnya nggak gitu berharap, ya secara ilmu saya masih harus banyak belajar lagi,”
“Harapan anda kedepannya untuk para anggota dewan?,”
“Ya lebih introspeksi diri saja. Dengan semua fasilitas yang mereka dapatkan, apakah mereka sudah melakukan kewajibannya dengan baik? Atau malah menjadikan fasilitas-fasilitas itu untuk mengeruk kekayaan yang lebih banyak lagi dan menelantarkan nasib rakyat yang justru harus diperjuangkan,” pembaca berita itu terlihat mengangguk-angguk dan mendengarkan dengan seksama.
Diluar sana ternyata banyak masyarakat yang menonton wawancara itu, dalam sekejab sosoknya telah mendapat tempat dihati mereka. Bagi mereka Irsyad adalah seorang wakil rakyat yang real dan nyata serta benar-benar memperjuangkan nasib mereka.
Saat Video dan namanya mencuat, semua kegiatan Irsyad ‘dikuntit’ para kuli tinta pencari berita, mereka ingin tau tentang kehidupannya dan semua tentangnya. Masa kecil, kehidupannya bermasyarakat, serta pendapat teman-temannya tentang dirinya.
Dan seperti artis-artis lain yang melejit berkat situs internet, ia pun mulai sering tampil dilayar kaca, berakting, namun tetap konsisten menyuarakan jeritan-jeritan rakyat.
Sebelum identitas Irsyad terkuak kepermukaan, nun jauh ditempat terpisah, seorang pria setengah baya yang merasa namanya tertera diboneka jerami dalam video merasa panik dengan ‘teror’ itu. Ia memanggil orang yang dianggap ‘pintar’ dan memintanya untuk ‘memagari’ dirinya. Ia benar-benar ketakutan, sampai-sampai keluarganya mengganggapnya bodoh karena mau saja percaya pada video ( yang menurut mereka) amatir.
“Terserah kalian mau menganggap saya apa, yang penting santet orang itu jangan nyampe kesini,” tegasnya tanpa peduli.
Diseberang pulau yang dipisahkan oleh Laut Jawa, tepatnya dikota Samarinda, seorang wanita setengah baya selalu mengamati tingkah dan kata-kata Irsyad. Setiap kali melihat wajah Irsyad, airmata wanita itu selalu saja menetes.
Ialah wanita yang beberapa tahun silam melahirkan Irsyad dan mendidiknya seorang diri, setelah suaminya meninggal ketika Irsyad masih dalam kandungan. Ia merasa bangga anaknya bisa membantu orang-orang untuk meneriakkan nasib mereka. Kerinduan tiba-tiba memenuhi setiap ruang dalam hatinya, berharap anaknya akan segera pulang kepangkuannya.

*****


Tidak ada komentar: