Kamu kudu berhati-hati sama penyakit yang satu ini! Nama bekennya su’udzon alias buruk sangka. Penyakit berbahaya ini bisa menginfeksi hati dan pikiran tanpa disadari layaknya virus. Akan tetapi, kalau virus flu burung dan flu babi paling banter membunuh jasad, virus su’udzon bisa memecah belah umat. Penyakit su’udzon juga disinyalir bisa mendatangkan dosa lebih besar daripada perzinahan. Oh ya?
Apa sih Bahayanya Su’udzon?Dampak yang dibawa oleh su’udzon sangat serius. Su’udzon dapat membutakan mata hati dari kebenaran, juga dapat memancing untuk berprilaku buruk pada orang lain. Apakah kamu tidak menyadarinya?
Di banyak negara, begitu sering perlakuan tidak senonoh diterima oleh kaum Muslim, mulai dari caci maki dan cap sebagai teroris, sampai tindakan penyiksaan fisik. Bukankah hal ini sebagian besarnya diawali dari penyakit buruk sangka yang kemudian tumbuh menjadi kebencian?
Ambil contoh yang tidak terlalu jauh, kalau kamu bertemu dengan seseorang kemudian kamu tersenyum padanya tapi ia tidak membalas senyummu, bukankah sering kali bibit su’udzon tersemai di hatimu? Ada bisikan yang mengatakan, sombong amat sih tuh orang, berjilbab sih berjilbab… juteknya amit-amit.
Inilah contoh ringan bahayanya su’udzon, secara tidak sadar kamu telah menanam prasangka buruk tentang orang itu, dan begitu kamu bertemu dengan ia lagi di lain waktu, bisa jadi kamu tidak lagi memberi senyuman padanya, karena di otakmu sudah ada sinyal, percuma kasih senyum sama orang sombong kayak dia. Kemudian kamu memberitahu perihal kejutekan orang berjilbab itu pada teman-temanmu yang lain, sampai mereka pun tahu kalau si fulanah itu sombong dan nggak ramah.
Su’udzon telah menutup hati dari kebenaran dan menimbulkan sikap buruk pada orang lain, kamu tidak tahu kalau ternyata gadis yang tidak membalas senyummu waktu itu memiliki rabun parah dan saat berpapasan denganmu ia sedang tidak mengenakan kacamatanya karena pecah. Kalau kamu tidak buru-buru bersu’udzon, bukankah hatimu akan jauh lebih sehat? Juga tidak perlu tersebar fitnah buruk yang merugikan orang lain.
Contoh lain su’udzon ada pada sebuah kisah menarik di buku Seven Habits for Teens karangan Sean Covey. Cerita singkatnya begini: Ada seseorang, anggap saja bernama A, sedang menunggu kedatangan pesawatnya di ruang tunggu keberangkatan bandara. Karena bosan, ia ingin sekali memakan snack yang ia beli tadi. Belum lagi ia makan, tiba-tiba seseorang mengambil snack dari tempat duduk di sampingnya dan tanpa minta izin langsung membuka dan melahap isi snack itu. Tentu saja A kaget luar biasa dengan tindakan tidak sopan orang tersebut, anggap saja ia bernama B.
A langsung merebut snack-nya dari tangan B, kemudian memakan snack-nya itu dengan emosi. Menjengkelkan, setelah itu si B masih dengan tidak tahu malunya mencomot isi snack itu dari tangan A, mukanya pun tak menunjukkan rasa bersalah sama sekali, ia ikutan melahap isi snack tersebut. Mungkin ia terbiasa melakukan hal memalukan seperti itu. A kemudian meraup lebih banyak snack dan cepat-cepat menghabiskannya, sementara B masih asyik ikutan memakan snack itu sampai habis.
Begitu akhirnya pesawat tiba, dan A sudah duduk di dalamnya, alangkah terkejutnya ia ketika membuka tas, rupanya snack yang ia beli masih berada di dalam tasnya. Berarti, snack yang tadi ia makan adalah snack milik B. Oalah… siapa kini yang lebih memalukan? Prasangka buruk memang nggak ada bagus-bagusnya, namanya saja sudah buruk, cuma bikin malu. Makanya… jauh-jauh deh sama su’udzon!
Bentuk-bentuk Su’udzon
Sobat, su’udzon ada berbagai macam, mulai dari yang remeh sampai yang skala gawat, yang jelas semuanya musti dihindari karena tidak ada yang membawa kebaikan. Allah sendiri telah memperingatkan kita untuk menjauhi buruk sangka, karena kebanyakan prasangka adalah dosa.
Beberapa bentuk su’udzon antara lain:
· Su’udzon Pada Allah Hati-hati! Su’udzon pada Allah bahkan bisa dilakukan tanpa disadari, ketika kamu mengeluh tentang nasibmu misalnya. Yang paling bahaya dari berprasangka buruk pada Allah: Su’udzon kamu akan dikabulkan oleh Allah, karena sesungguhnya Allah mengikuti prasangka hamba-Nya. So, hati-hati dengan prasangkamu!
· Su’udzon Pada Sesama Muslim
Su’udzon pada sesama Muslim mungkin merupakan hal yang paling sering kita lakukan, baik sadar ataupun tidak. Melihat seorang muslimah berjilbab yang berpakaian model jadul, hati kita merutuk… iih, memburukkan citra muslimah aja sih, kuno amat! Padahal bisa jadi beliau itu memang tidak mampu untuk membeli baju baru. Daripada su’udzon, kita kan bisa menanyakan langsung atau mengusulkan padanya untuk berpakaian lebih modis misalnya. Su’udzon pada saudara sendiri sama sekali nggak oke, sudahlah tidak membawa manfaat, kalau prasangka buruknya salah malah bikin tengsin.
· Su’udzon Pada Nonmuslim
Ada seorang bapak yang melarang putrinya untuk berteman dengan tetangga mereka yang nonmuslim, ngobrol pun nggak boleh, karena khawatir mendapat pengaruh buruk dari mereka. Duh, memangnya Rasul mengajarkan kita untuk seperti itu? Nggak kalee! Bahkan Rasulullah datang menjenguk seorang Yahudi yang sakit. Bukankah Islam adalah rahmat bagi seluruh alam? Kalau pada nonmuslim bawaannya su’udzon melulu, bagaimana kita bisa memperlihatkan keindahan Islam pada mereka?
Harus Gimana Doong?
Mungkin kamu jadi bingung, panik, dan bertanya-tanya, terus gue musti gimana? Secara… gue sering banget berprasangka tanpa gue sengaja. Sumpah deh…gue nggak sengaja su’udzon. Masa’ iya kalau nggak sengaja dapat dosa?
Oke, tenang! Tenang! Nie sedikit tips yang mudah-mudahan bisa membantumu mengurangi kebiasaan bersu’udzon:
1. Setiap ada prasangka negatif, istighfarlah sebanyak-banyaknya!
Bisa jadi prasangka itu datangnya dari setan yang pastinya berusaha menggelincirkanmu dari jalan ke surga. Makanya jangan diikuti! Kalau ada prasangka kurang bagus terhadap orang lain, langsung saja baca ta’awudz, minta perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk! Apalagi kalau prasangka itu sangat kuat bercokol di benakmu.
2. Langsung cari informasi dari orang pertama.
Begitu timbul prasangka, cobalah untuk menanyakan langsung kebenarannya pada pihak yang terkait. Jangan ditunda-tunda dan jangan malah bertanya pada pihak lain yang bisa jadi malah mengembuskan pergunjingan!
3. Cari Prasangka Tandingan
Untuk menyelamatkan hatimu dari infeksi su’udzon, ketika prasangka buruk melanda sedangkan kamu tidak bisa menanyakan langsung kebenarannya pada pihak terkait, segera cari kemungkinan-kemungkinan lain tentang hal tersebut. Misalnya, kamu melihat seorang laki-laki berjenggot dengan perempuan jilbaban sedang menautkan kedua tangan mereka, romantis bak truk gandeng, tapi kamu tahu banget mereka berdua sama-sama single, dan nggak mungkin saudara kandung, warna kulitnya beda, bentuk muka beda, tampang nggak mirip sama sekali. Timbullah prasangka negatif di benakmu.
Coba deh cari prasangka tandingan, mungkin saja mereka saudara sepupu? Atau bisa jadi mereka saudara sepersusuan? Ada banyak kemungkinan yang bisa kamu pikirkan agar tidak terjerat su’udzon. Yang paling bagus sih coba langsung tanyakan kebenarannya pada pihak terkait! Kalau prasangka awalmu benar, kamu bisa sekaligus mengingatkan saudaramu dari kelalaian. Ya kan?
Su’udzon Jangan, Waspada Perlu!
Lho apa bedanya?
Su’udzon dan waspada memang terkesan mirip, tapi sebenarnya beda banget. Waspada itu muncul karena sudah memiliki ilmunya, sudah ada pengetahuan tentang hal terkait, dan bisa membuat diri jadi hati-hati, sedangkan su’udzon datang dari pemikiran sendiri, seringnya sih malah menghasilkan gunjingan.
Beda dengan su’udzon, waspada itu perlu! Contoh mudah, kamu sudah memiliki pengetahuan tentang hipnotis, ada orang yang bisa menghipnotis hanya dengan menggunakan asap rokok, dan modusnya biasanya dengan menanyakan sesuatu, entah itu menanyakan jam, alamat, dan sebagainya. Maka, ketika kamu sedang sendirian di tengah malam, kemudian didatangi oleh seseorang yang lagi mengisap rokok dan tiba-tiba menanyakan jam berapa, kamu perlu waspada… jangan-jangan orang itu punya niat kurang baik, dengan demikian kamu akan lebih berhati-hati.
Kalau Harus Su’udzon, Alamatkanlah Pada Diri Sendiri!
Kita seringkali terbalik, pada orang lain berprasangka buruk, sementara pada diri sendiri berprasangka baik. Ah, gue kan udah sering shalat tahajjud, dhuha, shalat lima waktu juga selalu tepat waktu, kalau ada muhasabah selalu bisa nangis, baca Quran sehari satu juz, insya Allah dosa-dosa kecil gue bakal diampuni Allah, yah… mudah-mudahan bisa jadi salah satu penghuni surga-lah.
Padahal kalau boleh su’udzon, kita seharusnya mengalamatkannya untuk diri sendiri. Ketika melihat ada pekerjaan yang tidak beres, cepat-cepat bersu’udzon… jangan-jangan gara-gara saya? Kalau sudah merasa dirimu dekat dengan Allah, setiap doamu langsung dikabulkan oleh-Nya, maka bersu’udzonlah pada dirimu! Barangkali Allah mengabulkan doa-doamu bukan karena bagusnya kualitas ibadahmu, melainkan untuk menguji sebaik apa rasa syukurmu. Dengan demikian, kita tidak akan pernah kegeeran dan memandang terlalu tinggi pada diri sendiri
sumber: annida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar