ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Rabu, 19 Januari 2011

makna kebebasan

Dahulu, ada seorang raja yang punya anak yang selalu murung. Suatu hari si Raja bertanya kepada anaknya, “Wahai anakku, hal apakah kiranya yang selalu membebani pikiranmu, hingga kau selalu nampak murung?,”
“Maafkan anaknda, ayahanda, anaknda ingin sekali diberi kebebasan untuk menentukan nasib sendiri. Tanpa campur tangan ayahanda yang seorang raja. Anaknda juga tidak punya keinginan menjadi raja. Maafkan anaknda ayahanda.” Sahut si anak terus terang.
“Baiklah jika itu sudah menjadi pilihanmu,” kata sang raja pasrah. Ia juga menganjurkan anaknya untuk pergi ke suatu negeri dimana aka nada banyak kebebasan di sana. Dia bisa tinggal disana, karena kebetulan ayahnya mengenal betul raja di negeri itu.
Lalu pergilah anak itu ke negeri tersebut. Anak itu melintasi padang pasir selama satu bulan penuh dan akhirnya tiba di negeri itu. Begitu sampai di gerbang batas negeri, si anak menemukan keriuhan. Para pedagang berlalu lalang, orang-orang bercakap-cakap, berbagai macam musik mengalun, dan lain sebagainya.
Negeri itu kecil tapi rakyatnya bebas melakukan apa pun. Bahkan keluar masuk istana raja. Namun anehnya tidak pernah ditemui kekacauan. segalanya tertib dan rapi.
Di satu sudut, anak itu melihat orang tua sedang duduk dibawah pohon. Anak itu menghampirinya lalu bertanya, “Pak tua, siapakah raja di sini?,”
“Akulah raja disini,” jawab pak tua itu.
“Loh kenapa raja duduk-duduk dibawah pohon seperti ini?,” tanyanya keheranan.
“Aku raja negeri ini. Aku bebas melakukan apa pun,” sahut pak tua mantap.
Si anak pun menyampaikan maksud kedatangannya dan salam dari ayahnya. Ia pun menyatakan keinginannya untuk tinggal di negeri itu. “Aku ingin bebas seperti anda,” kata anak itu kemudian.
“Bisa saja. Sekarang kamu bebas berkeliling di istana dan negeriku semaumu.,” sang raja diam sebentar kemudian meneruskan, “Tapi aku akan menitipkan satu hal padamu.” Sang raja pun memberikan anak itu sendok teh berisi sebuah kelereng.
“Sambil kau berjalan-jalan, bawa sendok ini tapi kelerengnya jangan sampai jatuh,” sambungnya lagi.
Anak itu mulai berkeliling naik turun sekian banyak tangga istana, keluar masuk taman kota, sambil matanya terus tertuju pada sendok yang dibawanya. Setelah selesai berkeliling ia kembali ketempat sang raja tadi.
“Bagaimana?,” tanya raja. “Bagaimana pendapatmu tentang negeriku yang indah? Juga tentang istanaku? Apakah kau juga melihat taman-taman kota?,”
Anak muda itu merasa malu. Dia mengaku tidak sempat melihat apa-apa. Dia terlalu focus pada usaha menjaga kelereng di sendoknya.
“Kalau begitu pergilah berjalan-jalan lagi dan nikmatilah keindahan negeri dan istanaku.” Kata sang raja.
Merasa lebih diberi kebebasan, anak itu mengambil sendoknya lalu berkeliling melihat keindahan negeri itu. Ia melihat taman-taman kota juga segala jenis kendaraan yang berlalu lalang. Setelah puas melihat-lihat anak itu kembali mendatangi sang raja. Ketika ia bertemu sang raja, ia bercerita panjang lebar tentang apa yang dilihatnya.
“Tapi dimana kelereng yang tadi aku titipkan?,” tanya sang raja singkat, saat anak tadi selesai bercerita.
Anak muda itu segera melihat sendok ditangannya dan menyadari kelerengnya telah hilang. Kemudian raja pun berucap lirih, “Orang cenderung melupakan tanggung jawabnya jika diberi kebebasan,”

Tidak ada komentar: