ulie said

TiDak AdA mAnuSiA YanG Bod0H
yAnG aDa HanYa MaNusIa yANg MalAS

Rabu, 22 Juni 2011

Dia Ternyata

Suasana pagi hari yang mendung emang ngedukung untuk terus-terusan berada dibawah selimut tebal nan hangat namun hal itu tidak berlaku padaku karena hari ini baru hari rabu, yang artinya aku harus segera bangun jika tidak ingin terlambat kekantor.
Ternyata aku adalah orang pertama yang datang, karena suasana masih sepi aku berniat untuk melanjutkan sebentar ‘perjalananku’ yang terganggu akibat aktivitas pagi hari.
“Woi bangun, anak gadis kok tidur pagi-pagi,” ucap Neti menggebrak meja saat aku baru saja mulai menutup mata.
“Apaan sih? Ngagetin orang aja, dasar rese,” sewotku, kantukku tiba-tiba menghilang berganti rasa terkejut bukan main.
“Anak gadis itu nggak boleh tidur pagi-pagi, pamali. Ntar jodohnya diambil orang loh,”
“Bodo,”
“Eh, nggak boleh gitu. Nanti kamu nggak dapat jodoh lagi,”
“Bodo,”
“Cie elah, masih marah bu? Ya udah, sok atuh dilanjutin ajah marahnya,” kata Neti dengan melenggang pergi.
‘Uh, dasar Neti rese,’
“Permisi, mba ini Koran yang dipesan kemarin,” sapa seorang pria yang kini sudah berdiri didepanku.
“Oh ya mas, makasih ya. Untuk pembayarannya sama aja kan dengan Koran yang lain?,”
“Sama aja mba, yang beda Cuma harganya,” jawabnya sambil terus menundukkan kepala.
“Kalo itu saya juga tau. Eh mas, nyari apaan sih dari tadi ngeliat kebawah terus,”
“Nggak nyari apa-apa mba. Ya udah mba kalo gitu saya permisi dulu.” Pamit pengantar Koran itu dan berlalu pergi, sementara aku masih terpana menatap kepergiannya.
‘Gila tu cowok beda banget. Udah cakep, keren, nggak suka lirik sana sini lagi. Seandainya aja……’
“Sya, kenapa? Kesambet ya, pagi-pagi udah bengong,” kata Neti mengagetkan, membuyarkan lamunanku.
“Eh Net, kenapa sih senang banget ngagetin orang? Kayak nggak ada kerjaan lain aja,” sahutku ketus.
‘Nih anak ngedongkolin banget sih,’
“Kenapa sih dari tadi marah-marah terus? PMS? Kamu dicari mba Lala tuh,” sewot Lala dan langsung pergi sembari ngedumel sendiri, “Dari tadi dipanggil-panggil nggak denger, didatangi baik-baik malah marah,”
‘Masa sih dari tadi Neti manggil aku? Kok aku nggak dengar ya,’
*****
“Pagi Net,” sapaku ramah saat Neti baru datang.
“Kamu kenapa, aneh banget. Kemarin marah-marah sekarang malah ramah. Salah minum obat?,” tanya Neti tanpa menjawab sapaanku.
“Nggak salah minum obat kok. Lagian kemarin itu kan memang kamu yang salah, udah ngagetin aku. Tapi yang kemarin lupain aja deh, yang penting sekarang aku udah nggak marah lagi,” jawabku dengan full smile. Sedangkan Neti yang sepertinya masih kesal berlalu ninggalin aku dan senyum manisku begitu aja.
‘Ye, dia ngambek,’
“Permisi,” kata seseorang memasuki ruangan seraya memberikan Koran.
“Makasih ya,” jawabku singkat dan senyum manisku yang dicuekin begitu aja ama Neti, kuberikan kepada pengantar Koran yang cakep itu daripada mubazir, hihihihi…
“Hmm,” dehem seseorang disampingku. “Sepertinya aku bisa tau apa penyebab sapaan ramah seseorang pagi ini yang pagi sebelumnya marah-marah nggak jelas.”
“Ih Neti ngomong apaan sih? Aneh banget.”
“Udah deh Sya, nggak usah boong. Hari ini tuh, kamu jadi ramah pasti karena mau ketemu mas pengantar Koran itu kan. Ngaku aja deh, nggak papa kok,” kata-kata Neti membuatku salah tingkah.
‘Ternyata dia merhatiin aku dari tadi,’
“Iya deh aku ngaku, tapi yang kemarin itu memang kamu yang salah, kamu ngagetin aku terus.” Seruku membela diri.
“Iya… iya aku tau, kemarin aku yang salah. Aku minta maaf ya,” Neti tersenyum tulus. “Hmm, kayaknya ada bau wangi nih, darimana ya?,” sambungnya lagi sambil mengendus ke arahku.
“Neti apaan sih? Norak tau,”
“Nggak usah pura-pura gitu. Nanti aku bantuin deh nyari cara gimana biar kamu bisa ehem sama dia,” kata Neti seperti mengerti jalan pikiranku.
*****
“Sya, aku udah nyimpen no Agus di hp mu,” kata Neti beberapa hari kemudian.
“Agus siapa?,”
“Itu loh yang ngantar Koran. Masa sih kamu nggak tau namanya?,”
“O, dia namanya Agus. Kamu dapat dari mana?,”
“Nggak penting dapat dari mana, yang pentingkan aku udah nepatin janji untuk ngebantu kamu,” sahut Neti santai.
“He eh, makasih ya Net, kamu emang paling pintar.”
*****
Ntah bagaimana cara kerja Neti hingga akhirnya aku jadi sering telpon-telponan sama Agus dan beberapa bulan kemudian kami jadian.
“Hmm, kayaknya ada yang baru jadian nih. Berarti ada acara makan-makan nih,” kata Neti dengan kerling menggodaku.
“Bilang aja minta ditraktir. Emang kamu mau makan dimana?,” sahutku tanpa menolak. Ya itung-itung bonus untuk Neti yang udah ngebantuin aku jadian ama Agus.
“Gimana kalo di warung pangsit depan? Kan udah lama tuh nggak makan disana.” Usulnya sembari cengar cengir.
“Terserah aja, asal jangan di restoran mahal soalnya duitnya nggak cukup. Berangkat sekarang yuk,” ajak ku cepat.
Neti langsung memesan pangsit pavoritnya saat kami sampai, “Sya, Agus tuh sebenarnya gimana sih? Kok setiap datang wajahnya selalu biasa-biasa aja seperti nggak terjadi apa-apa diantara kalian.” Tanya Neti sembari menikmati pangsitnya.
“Aku juga pernah nanya kayak gitu ke dia. Mau tau apa jawabannya?,” Neti mengangguk. “Dia bilang, dia nggak mau aku merasa malu karena punya cowok pengantar seorang Koran. Hehehe romantis kan?!,” aku tersipu-sipu sendiri ketika menceritakannya pada Neti.
“Romantis apaan? Biasa aja kok,” sahut Neti cuek.
“Terserah, yang penting menurutku itu RO-MAN-TIS,” ih anak ini, apa susahnya sih bilang iya?!
*****
Jam menunjukkan pukul 09.30 malam saat HP ku ‘bernyanyi’ jatuh cinta miliknya Santi yang merupakan nada dering untuk no Agus. “Halo… Halo…” tidak ada yang menyahut. Namun sayup-sayup terdengar suara Agus yang lagi bercerita pada teman-temannya. Awalnya aku ingin memutus telpon itu tapi saat namaku disebut-sebut, aku urung melakukannya.
Aku menajamkan pendengaran, “Coba kamu ikutin caraku pasti sekarang kamu dikejar-kejar cewek. Denger ya, zaman sekarang itu cewek lebih cepat simpat dengan cowok yang ‘beda’ daripada cowok kaya yang memamerkan harta orangtuanya.” Agus ngomong sama siapa sih?!
“Emang cara mu itu seperti apa sih? Kok bisa-bisanya cewek ngejar-ngejar kamu.”tanya teman Agus.
“Kamu nggak perlu dandan abis-abisan. Pake baju mahal, celana ataupun sepatu mahal. Kamu cukup berpakaian sederhana, tampang di cool-in sedikit dan saat didepan cewek sasaran mu jangan lirik sana sini, maksudku pandanganmu cukup mengarah kelantai. Ya seperti cara jalan dan bicaranya rohis di kampus kita dulu. Ngertikan?!
“Yakin cara itu bisa berhasil?,”
“Kamu bisa lihat sendiri hasilnya, dalam waktu seminggu aku bisa jalan dengan cewek yang berbeda-beda.” Kata Agus dengan bangga.
‘Apaa??? Jadi selama ini Agus telah menipuku. Dasar buaya darat keparat. Berengsek kamu Gus,’
*****

Tidak ada komentar: